Jumat 15 Sep 2023 09:39 WIB

Khutbah Jumat: Makna Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Bulan Rabiul Awal

Tema Maulid Nabi di bulan Rabiul Awal bisa menjadi bahan khutbah Jumat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Khutbah Jumat: Makna Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Bulan Rabiul Awal. Foto:  Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Khutbah Jumat: Makna Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Bulan Rabiul Awal. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَ الْأَشْهُرَ الْحُرُمَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ لِيُوَفِّقَ قُلُوبَ عِبَادِهِ إِيمَانًا وَيَقِينًا. وَخَصَّ يَوْمَ عَاشُورَاءَ بِالْفَضْلِ وَالْبَرَكَاتِ وَوَعَدَ لِلْمُتَّقِينَ مَغْفِرَةً وَرِضْوَانًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تَكُونُ لَنَا مَطَهَّرَةً فِي الْقَلْبِ شِرْكًا وَكُفْرَانًا. وَاشْهَدْ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ لِيُخْرِجَ النَّاسَ مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنَجَّيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ مَحْفُوظًا وَمَأْ مُونًا ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابُهُ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ يُظْهِرُ النَّاسُ رِبْحًا وَخُسْرَانًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فِي أَيِّ حَالٍ فَارِحًا أَوْ حَزِينًا ، غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 

Baca Juga

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan jamaah Jumat semuanya, marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita, karena hanya iman dan ketakwaan yang bisa kita jadikan bekal menuju kehidupan di akhirat kelak, kehidupan abadi tanpa batas.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah mengutus nabi Muhammad ke dunia untuk memberikan pengajaran kepada umat manusia tentang cara penghidupan yang baik. Tentunya kita akan bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah maulid nabi perlu untuk diperingati? Apakah memperingatinya cukup dengan adanya kalender berwarna merah sehingga kita kita bisa berlibur? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita menghayati kehidupan Rasulullah SAW sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 21 :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا

Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Alquran surat Al Ahzab ayat 21)

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Setiap tahun, umat Islam di Indonesia selama ratusan tahun selalu merayakan maulid nabi Muhammad SAW. Perayaan keagamaan maulid nabi memang selama ini diperdebatkan di kalangan ulama. Sebagian menganggap ini bidah. Mereka beralasan karena maulid nabi tidak pernah dirayakan di masa Rasulullah SAW di masa hidupnya. 

Namun, sebagian besar ulama di negeri kita, terutama yang bermazhab Imam Syafii menganggap bahwa perayaan maulid nabi Muhammad SAW bukanlah perbuatan bid'ah. Karena memiliki tujuan-tujuan positif. 

Perayaan maulid nabi Muhammad SAW yaitu peringatan hari kelahiran beliau yang tepat jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Peringatan maulid baru diselenggarakan ratusan tahun setelah beliau wafat. Ada beberapa versi mengenai awal mula diselenggarakannya perayaan maulid nabi ini. Namun pendapat yang paling masyhur digagas pertama kali oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi (1137-1193).

Awal mulanya bala tentara Sultan Shalahuddin Al Ayyubi berputus asa menghadapi tentara Nasrani dalam beberapa peperangan (perang salib). Lalu sultan memerintahkan kepada para ulama agar memberi semangat kepada umat Islam pada hari-hari menjelang hari kelahiran nabi Muhammad SAW, dengan cara berorasi tentang perjuangan beliau. Hasilnya, semangat juang umat Islam pun bangkit sehingga bisa meraih kemenangan dalam berbagai medan perang. 

Berangkat dari latar belakang seperti itulah para ulama kemudian menjadikan peringatan maulid nabi Muhammad SAW sebagai tradisi dan tentu sangat baik bila kita mengikutinya. Hanya saja, peringatan yang kita lakukan sejatinya tidak bergeser dari semangat Sultan Shalahuddin Al Ayyubi yakni mengobarkan semangat juang umat Islam. Dan jihad yang dimaksud di sini dan kini bukan lagi secara fisik di medan perang, seperti saat perang salib, melainkan secara ruhaniah (jihad An nafs) dalam bentuk lain. Kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, sikap emosional, dan berbagai perilaku yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW merupakan objek jihad sekaligus musuh-musuh kita sekarang. Semuanya itu justru lebih banyak lahir karena kita kurang meneladani nabi Muhammad SAW. 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT. 

Perayaan maulid nabi Muhammad SAW yang setiap tahun diperingati adalah momentum untuk meningkatkan pentingnya misi kenabian. Nabi SAW datang telah mengubah komunitas manusia yang menjadikan patung-patung sebagai sesembahan dan meremehkan harkat kemanusiaan, menjadi manusia yang bertauhid dan bermartabat. Dalam menjalankan misinya beliau tidak menggunakan basis etnis, turunan, kekuasaan, dan perbudakan, yang menjadikan orang menjadi mulia. Namun mengandalkan sepenggal kesalehan diri, pertolongan Allah, dan dukungan masyarakat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement