Ahad 17 Sep 2023 23:47 WIB

Penyintas Banjir Libya Hadapi Dilema; Tak Punya Air atau Lewati Ladang Ranjau

Banjir telah menggeser ranjau darat yang tersisa dari konflik bertahun-tahun

Rep: Amri Amrullah / Red: Esthi Maharani
Penyintas banjir Libya menghadapi dilema untuk tetap tinggal tapi kekurangan air atau mengungsi tapi melewati ladang ranjau
Foto: AP Photo/Yousef Murad
Penyintas banjir Libya menghadapi dilema untuk tetap tinggal tapi kekurangan air atau mengungsi tapi melewati ladang ranjau

REPUBLIKA.CO.ID, DERNA --- Orang-orang yang rumahnya tersapu banjir di kota Derna, Libya timur, kini menghadapi dilema pada Ahad (17/9/2023). Mereka dihadapkan pada pilihan tetap tinggal tetapi kekurangan air bersih atau mengungsi melewati ladang ranjau.

Ribuan orang tewas setelah dua bendungan di atas Kota Derna jebol pada 10 September lalu. Jebolnya bendungan ini, menyapu pemukiman warga ketika kebanyakan dari mereka sedang tidur.

Banyak jasad hanyut ke laut dan lebih dari 1.000 orang telah dikuburkan di kuburan massal, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat matahari terbit pada hari Ahad (17/9/2023) memperlihatkan pemandangan kehancuran dampak banjir. Berbagai tumpukan puing-puing dibersihkan ke sisi jalan bersama dengan kabel logam yang kusut termasuk bangkai potongan-potongan mobil yang rusak.

Seorang penyintas, Hamad Awad duduk di atas selimut di sebuah jalan kosong dengan sebotol air dan selimut di sampingnya. "Saya tinggal di daerah kami untuk mencoba membersihkannya dan mencoba memverifikasi siapa saja yang hilang," katanya. "Terima kasih Tuhan karena telah memberi kami kesabaran," katanya.

Seluruh distrik di Derna, dengan perkiraan populasi sedikitnya 120.000 orang, sebagian tersapu atau terkubur dalam lumpur cokelat. Media pemerintah mengatakan setidaknya 891 bangunan telah hancur di kota itu, dimana wali kotanya mengatakan 20.000 orang mungkin telah meninggal.

Warga lainnya mengatakan bahwa mereka bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya.

"Kami masih belum tahu apa-apa, kami mendengar desas-desus, ada yang mencoba meyakinkan kami, ada juga yang mengatakan bahwa kami harus meninggalkan kota atau tetap tinggal di sini. Kami tidak punya air dan sumber daya," kata warga tersebut, yang hanya menyebutkan satu nama, Wasfi.

Sebuah laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa pihak berwenang Libya telah mendeteksi sedikitnya 55 anak keracunan akibat meminum air yang tercemar di Derna. Para tunawisma bertahan di tempat penampungan sementara, sekolah, atau berdesakan di rumah kerabat atau teman.

Sementara itu, banjir telah menggeser ranjau darat dan persenjataan lainnya yang tersisa dari konflik bertahun-tahun, sehingga menimbulkan risiko tambahan bagi ribuan pengungsi yang sedang dalam perjalanan, katanya.

Jumlah korban tewas yang sempat diperdebatkan, laporan OCHA mengatakan sedikitnya 11.300 orang tewas dan lebih dari 10.000 orang hilang di Derna setelah Badai Daniel melanda Mediterania dan masuk ke kota serta permukiman pesisir lainnya.  

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement