Senin 18 Sep 2023 07:19 WIB

Lepaskan Diri dari Hubungan Toksik, Lakukan Langkah Ini Agar Tetap Waras

Hubungan toksik bisa sangat menguras energi dan emosi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Ada beberapa cara untuk menyembuhkan luka akibat hubungan toksik. Memiliki pola pikir tertentu diharapkan bisa membuat seseorang terus maju dan belajar memercayai diri sendiri lagi.  (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Ada beberapa cara untuk menyembuhkan luka akibat hubungan toksik. Memiliki pola pikir tertentu diharapkan bisa membuat seseorang terus maju dan belajar memercayai diri sendiri lagi. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan romansa tidak selalu berjalan mulus, bahkan ada yang berakhir dengan perpisahan. Setelah menjalani hubungan yang tidak berhasil, terlebih sebuah hubungan toksik dengan pasangan nartistik, itu bisa sangat menguras energi dan emosi.

Dikutip dari laman Good Men Project, Senin (18/9/2023), pakar hubungan Matthew Hussey mengatakan pengalaman demikian bisa membuat seseorang "kehilangan" dirinya sendiri. Individu itu mungkin masih bisa merasakan imbas dari sikap toksik mantan pasangan. 

Baca Juga

Bisa jadi, tetap terngiang berbagai ucapan mantan yang melemahkan harga diri, pertengkaran tanpa akhir, dan sikap acuh tak acuh. Berakhirnya hubungan seperti ini akan membuat seseorang merasa disorientasi dan sulit untuk melanjutkan kehidupan.

"Pada titik ini, akan sangat sulit untuk mempercayai orang lain lagi. Logikanya, kita mungkin paham bahwa tidak semua orang seperti mantan kita. Namun, secara emosional, kita melihat bahaya di setiap kesempatan," ungkap Hussey.

Penulis buku Get the Guy itu menyarankan beberapa cara untuk menyembuhkan luka akibat hubungan toksik. Memiliki pola pikir tertentu diharapkan bisa membuat seseorang terus maju dan belajar memercayai diri sendiri lagi.

Hussey menjelaskan, penyembuhan diri dari hubungan yang beracun melibatkan "perbaikan" otak. Pasalnya, pasangan toksik sudah cukup lama memonopoli waktu, energi, dan emosi, mengaburkan batas antara orang tersebut dan orang lain di dunia.  

Rasa sakit yang disebabkan oleh hubungan seperti itu dapat menimbulkan ketakutan umum terhadap orang lain, sehingga menghambat kemampuan untuk menjalin hubungan baru yang sehat. Hubungan toksik dapat mengubah otak, membuatnya mengasosiasikan bahaya dan rasa sakit dengan semua hubungan.  

"Respons emosional ini dapat bertahan bahkan setelah orang beracun itu tidak lagi menjadi bagian dari hidup kita, sehingga memengaruhi kemampuan kita untuk memercayai dan membentuk koneksi baru," tutur Hussey.

Pola pikir pertama yang perlu dimiliki untuk sembuh adalah bahwa setiap orang selalu bisa menulis ulang narasi hubungan. Daripada menyimpulkan bahwa semua orang tidak bisa dipercaya, alihkan fokus kepada pembelajaran dari keputusan untuk mengakhiri hubungan.

Kedua, Hussey menyarankan selalu merayakan langkah kecil dan berani yang sudah diambil. Tindakan ini mungkin tampak biasa bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi seseorang yang baru pulih dari hubungan yang beracun. Dengan melakukan eksperimen kecil mengenai kepercayaan dan kerentanan, artinya secara bertahap dapat memperluas zona nyaman dan membangun kembali koneksi.

Ketiga, sadari bahwa upaya pemulihan tak akan lancar begitu saja. Wajar jika "tersandung" sesekali, seperti masih dikuasai kesedihan atau muncul penyesalan. Itu semua merupakan jalan menuju penyembuhan. Pahami bahwa kegagalan hubungan adalah bagian dari proses pertumbuhan. 

Jangan melihat kegagalan itu sebagai konfirmasi bahwa kepercayaan dalan hubungan adalah hal yang mustahil, namun perlakukan sebagai peluang untuk belajar. "Percayai diri sendiri untuk menetapkan dan mempertahankan batasan. Itu akan membuka jalan menuju hubungan yang lebih sehat dan kehidupan yang lebih memuaskan," ujar Hussey.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement