REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kebakaran Museum Nasional Indonesia (MNI) terjadi sekitar satu pekan lalu pada 16 September lalu. Menurut Sekjen Kemenbudristek Fitra Arda, penyebab kebakaran tersebut masih dalam penyelidikan kepolisian.
“Sampai saat ini polisi belum memberi tahu masih dalam penyelidikan, terakhir gedung itu lagi finishing melanjutkan tahun lalu. Gedung di belakang itu sangat sempit, menempatkan sesuatu harus tahu,” kata Fitra dalam acara diskusi publik bersama IAAI Komda Jabodetabek di Museum Toeti Heraty, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Fitra melanjutkan saat ini terus dijalin komunkasi terkait langkah pemulihan. Ketika hasil investigasi sudah keluar, kata dia, akan disampaikan kepada publik secara keseluruhan.
Saat ini layanan museum tetap berjalan, kendati gedung yang terdampak ditutup sementara sampai setidaknya satu tahun. Pengunjung bisa memanfaatkan gedung lain dan juga melalui layanan virtual.
Fitra menambahkan ruangan museum harus diperlakukan sebagai ruang arkeologi, dan evakuasi yang sesuai. Ada sedikitnya enam ruangan dan 817 dari 194 ribu koleksi artefak yang terdampak.
Ruangan itu antara lain, ruangan alam, ruang budaya, ruang peradaban Islam, galeri terakota, galeri keramik, galeri perunggu dan galeri prasejarah. Menurut dia, Ada dua hal yang perlu dilakukan, yakni penanganan koleksi dan gedungnya.
Secara umum, tim khusus sudah ada, tetapi ia menilai diperlukan tim tambahan. Pihaknya juga sudah bekerjasama dengan negara-senegara seperti Prancis, Amerika dan Belanda yang sudah bersedia membantu dalam penelitian koleksi.
Publikasi juga akan dikuatkan melalui berbagai media. Kemudian pemeriksaan ulang, bangunan seperti listrik, CCTV, dan yang paling penting merevisi anggaran. Mendikbud Nadiem Makarim disebut sangat memprioritaskan museum dalam dua sampai tiga tahun terakhir lewat anggaran yang dinaikkan.
“Untuk mengamankan yang terdampak, sekarang masih police line. Ada ruang khusus, koleksi itu seperti dokter mendeteksi pasien yang kena kebakaran, harus ada ruangan khusus sampai pulih jadi mengobati betul makannya perlu ahli karena mungkin ada koleksi yang patah, pecah,” kata dia.
Fitra juga menambahkan, identifikasi dan pemilahan reruntuhan menjadi penting. Kemudian, kajian pengamanan dan keamanan termasuk sumber daya manusia (SDM), serta konservasi tingkat lanjut.