REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengancam menarik diri dalam mendukung Ukraina. Menurut pernyataan yang disampaikan saat pembukaan parlemen pada Senin (25/9/2023), Hungaria tidak akan mendukung Ukraina dalam urusan internasional sampai hak berbahasa etnis Hongaria dipulihkan.
Orban menegaskan pemerintahnya akan memperjuangkan hak-hak etnis Hungaria di Ukraina bagian barat. “Kami tidak mendukung Ukraina dalam masalah apa pun di kancah internasional sampai Ukraina memulihkan undang-undang yang menjamin hak-hak warga Hungaria,” ujarnya.
Hungaria berselisih dengan Ukraina mengenai pembatasan hak sekitar 150 ribu etnis Hongaria untuk menggunakan bahasa ibu mereka, terutama di bidang pendidikan. Kiev mengeluarkan undang-undang pada 2017 yang membatasi penggunaan bahasa minoritas di sekolah.
“Mereka ingin mengubah (sekolah-sekolah Hungaria) menjadi sekolah-sekolah Ukraina dan jika hal itu tidak berhasil mereka ingin menutupnya,” kata Orban yang berhaluan nasionalis dalam pidatonya.
Sedangkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan setelah terpilih pada 2019, bahwa dia yakin perlu menyiapkan rancangan undang-undang untuk melindungi hak-hak kelompok minoritas, khususnya di bidang agama dan bahasa. Namun rencana ini belum terlaksana, terlebih lagi fokus saat ini tertuju pada perang yang sedang terjadi.
Selain itu, Orban mengklaim Hungaria telah tertipu oleh rencana Uni Eropa (UE) yang mengizinkan gandum Ukraina untuk transit melintasi negara itu. Aturan ini diberlakukan setelah pengiriman melintasi Laut Hitam terhambat oleh perang dengan Rusia.
Pengiriman produk Ukraina yang seolah-olah menuju Afrika telah dijual di Hungaria karena harga yang lebih rendah, menekan produsen dalam negeri. “Setelah transit melintasi Laut Hitam menjadi tidak mungkin karena perang, Hungaria membuka koridor transit solidaritas atas permintaan Brussel sehingga makanan bisa sampai ke Afrika dari Ukraina dan melintasi Hungaria. Jujur saja: Mereka menipu kita," ujar Orban.
Orban mengatakan, biji-bijian Ukraina yang lebih murah telah membanjiri pasar Hungaria. Kondisi ini menciptakan kelebihan pasokan yang merugikan industri pertaniannya.
Bersama dengan Slovakia dan Polandia, Hungaria memberlakukan larangan impor terhadap 23 produk pertanian Ukraina pada 15 September. Namun negara ini akan terus mengizinkan pengiriman produk tersebut melintasi wilayahnya.
Pernyataan Orban muncul setelah Ketua UE Ursula von der Leyen menetapkan visi perluasan UE yang akan mencakup Ukraina pada awal bulan ini. Negara-negara UE akan memutuskan pada Desember keputusan akan mengizinkan Ukraina memulai perundingan aksesi. Langkah ini memerlukan dukungan bulat dari 27 negara di blok tersebut.
Disetujuinya perundingan keanggotaan UE akan dilihat secara luas sebagai kemenangan bagi Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia. Negara tersebut tidak hanya berupaya untuk mengusir kekuatan Rusia tetapi juga untuk membebaskan diri dari pengaruh geopolitik Rusia dan memperkuat hubungan dengan Barat.
Selain masalah penentangan terhadap Ukraina, Orban juga menyinggung bahwa Hungaria tidak terburu-buru meratifikasi aksesi Swedia ke NATO. Keputusan itu mengindikasikan adanya penundaan lebih lanjut dalam proses yang terhenti di parlemen sejak tahun lalu. Tawaran keanggotaan Swedia ditunda menunggu persetujuan dari Hungaria dan Turki.
Budapest mengutip tuduhan yang tidak semestinya dari para politisi Stockholm bahwa hal itu telah mengikis hak-hak demokrasi. “Saya bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang mendesak yang akan memaksa kita untuk meratifikasi upaya Swedia untuk menjadi NATO. Saya tidak melihat keadaan seperti itu,” kata Orban.
Orban mengatakan kepada parlemen, rencana Brussels untuk menghentikan penggunaan energi Moskow bertentangan dengan kepentingan Eropa dan Budapest. Hongaria sangat terpapar dengan pasokan minyak dan gas Rusia.
Menurut Orban, pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk mendiversifikasi pasokannya. Dia merujuk pembicaraan baru-baru ini dengan Qatar, Turki, dan Azerbaijan mengenai pengiriman gas di masa depan.
Hungaria adalah anggota NATO dan menentang invasi Rusia ke Ukraina, tetapi Orban yang berkuasa sejak 2010 telah membina hubungan dekat dengan Rusia dan menahan diri untuk mengkritik Presiden Vladimir Putin. Hungaria menolak mengirimkan senjata ke Ukraina.