REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (26/9/2023). IHSG anjlok lebih dari satu persen ke level 6.923,80 setelah sempat menguat di level 7.019,15.
IHSG melemah terseret sejumlah sentimen eksternal. "Pasar masih diselumuti sikap The Fed yang memberi sinyal masih akan menaikkan suku bunga 25 bps ke level 5,75 persen hingga akhir tahun," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
Hal tersebut pun mendorong kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS). Imbal hasil obligasi negara AS bertenor dua tahun menyentuh lima persen, sedangkan obligaso tenor 10 tahun sudah melewati 4,5 persen.
"Ini membuat pelaku pasar menahan diri masuk ke pasar saham," kata Nico.
Pelemahan terjadi hampir di seluruh sektor. Sektor energi dan barang baku memimpin pelemahan dengan koreksi mencapai lebih dari dua persen. Saham PGEO dan ADRO bahkan masuk ke top losers karena jatuh masing-masing sebesar tujuh persen dan enam persen.
Selain itu, turunnya saham perbankan juga menekan pergerakan indeks. Saham BBRI mengalami penurunan sebesar 1,89 persen disusul saham BMRI yang anjlok 1,25 persen, kemudian saham BBNI melemah ,75 persen dan saham BBCA turun 0,56 persen.
Melemahnya IHSG sejalan dengan pergerakan indeks saham regional Asia. Nikkei dan Hang Seng kompak mengalami koreksi lebih dari satu persen. Sementara Shanghai Composite melemah 0,43 persen.