Selasa 26 Sep 2023 21:21 WIB

Pertamina Internasional Shipping Tegaskan Baru Bisa Turunkan Emisi Karbon Mulai 2040 

Penurunan emisi karbon harus didukung dengan teknologi kapal itu sendiri.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan, baru dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon secara signifikan mulai 2040.
Foto: dok PIS
PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan, baru dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon secara signifikan mulai 2040.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan, baru dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon secara signifikan mulai 2040. Sejumlah faktor dari teknologi hingga kepemilikan kapal menjadi penyebab panjangnya waktu yang diperlukan untuk menurunkan emisi. 

Direktur Utama PIS, Yoki Firnandi, mengatakan, penurunan emisi karbon dari sektor logistik perkapalan harus didukung dengan teknologi kapal itu sendiri. Seperti bagaimana agar kapal dapat efisien menggunakan bahan bakar hingga mesin yang bisa menggunakan energi terbarukan. 

Baca Juga

Selain itu, PIS juga membutuhkan waktu untuk bisa mengganti seluruh kapal-kapal yang ada dengan kapal berbasis energi baru terbarukan. Tercatat, saat ini PIS memiliki 97 kapal yang berlayar di rute-rute internasional dan masih terus melakukan penambahan kapal. 

“Dua faktor ini tidak bisa berubah (cepat). Itu baru terjadi kami perkirakan di 2040 ke atas. Setelah kapal-kapal kami ganti semua. jadi 17 tahun yang akan datang sudah ada kapal-kapal baru, disitu emisi diturunkan,” kata Yoki di Jakarta, Selasa (26/9/2023). 

Yoki memaparkan, sektor perkapalan secara global saat ini tercatat menyumbang 1 miliar ton emisi atau setara 1.000 mega ton C02. Namun, jumlah tersebut hanya kurang dari tiga persen dari total emisi dunia. 

Secara internasional, Yoki mengatakan, regulator dunia sudah mulai menetapkan peta jalan menuju emisi nol bersih secara bertahap. Di mana mulai 2030 emisi diturunkan 30 persen, kemudian 2040 turun jadi 70 persen-80 persen dan 2050 bisa nol bersih. 

Ia menilai, target itu akan cukup menantang bagi sektor perkapalan. Sebab, itu semua akan sulit dicapai bila tidak didukung dengan efisiensi dan teknologi mesin kapal. 

“Misal kapal menggunakan bahan bakar amonia, pertanyannya sudah ada kapal pakai amonia belum? Engine teknologinya sudah ada belum? kalau ada harganya berapa? Ada yang mau mendanai tidak? Customer sanggup tidak bayar? Artinya ini harus beriringan semuanya,” ujarnya. 

Sementara itu, Yoki mengatakan langkah konkret yang bisa dilakukan PIS saat ini yakni dengan mencari strategi dan cara agar penggunaan bahan bakar kapal bisa efisien. Itu dapat dilakukan dengan perawatan kapal secara intensif yang diharapkan berdampak pada penggunaan bahan bakar lebih minim namun dengan kecepatan yang sama. 

“Ada juga teknologi untuk efisienkan pergerakan kapal, mengatur speed dan lain-lain supaya emisi gas buang kita bisa turunkan,” kata Yoki. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement