REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina, menerapkan strategi sinergi operasi dengan berbagai macam mekanisme untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).
"Salah satu strategi fundamental yang selama ini telah berjalan adalah kemitraan yang merupakan implementasi sinergi dengan berbagai macam mekanisme," ucap Direktur Pengembangan dan Produksi PHE Awang Lazuardi melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (28/9/2023).
Mekanisme kemitraan yang pertama, yakni sharing participating interest (PI) di suatu wilayah kerja migas dengan mitra strategis dari sisi finansial dan teknologi. Salah satu penerapan mekanismenya ialah Wilayah Kerja (WK) Offshore Southeast Sumatera (OSES), di mana 10 persen PI dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta kepemilikan PI dengan mitra lainnya seperti pengelolaan Blok Cepu bersama Exxon Mobil Cepu Ltd (EMCL), dan Ampolex Pte Ltd.
Mekanisme kedua, yakni kerja sama operasi (KSO), yang sekarang dikenal dengan new KSO. Sampai saat ini, ada 25 KSO, di mana sudah ada tiga KSO yang dikonversi menjadi new KSO, sedangkan ada 14 KSO eksisting yang sedang proses konversi menjadi new KSO. Kontribusi KSO pada produksi per Agustus 2023, yakni 2.422 BOPD (barel minyak per hari) dan 9,58 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari).
Kemudian, mekanisme ketiga ialah joint operating body (JOB). Saat ini, terdapat dua JOB yang dikelola, yaitu JOB Simenggaris dan JOB Medco-Tomori.
Selain itu, terdapat mekanisme pengelolaan sumur tua dengan landasan Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.
Mekanisme selanjutnya untuk implementasi pengelolaan sumur idle, yakni dengan konsep kemitraan (kerja sama bisnis) akan mulai diterapkan di Pertamina EP dan Pertamina Hulu Rokan. Sudah ada empat head of agreement (HOA) yang disepakati dengan beberapa potensi kemitraan lain masih dalam tahap diskusi.
Sementara itu, untuk idle wells yang bisa dikerjakan sendiri, PHE sudah melakukan reaktivasi sumur idle tersebut sebanyak kurang lebih 800-900 sumur per tahun.
PHE menyebut strategi kemitraan mempunyai dampak positif berupa transfer teknologi, ilmu pengetahuan serta pembagian risiko dengan mitra yang dapat memberikan dorongan untuk terus dapat berkembang untuk mengelola wilayah kerja hulu migas dengan menjunjung tinggi nilai keselamatan kerja.
"Dengan menjalankan strategi kemitraan, diharapkan kami dapat selalu berkonsolidasi untuk meningkatkan produksi serta mendapatkan temuan sumber daya baru guna mendukung ketahanan energi nasional," ujar Awang.
Adapun, produksi minyak dan gas bumi domestik PHE mengalami peningkatan selama periode beberapa tahun terakhir. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sejak 2020 hingga 2023 pertumbuhan produksi migas domestik mengalami peningkatan sebesar 1,45 persen.
Hingga Agustus 2023, PHE mencatat total produksi year to date (YTD) sebesar 1,04 MMBOEPD (juta barel minyak ekuivalen per hari) yang merupakan gabungan dari 570 MBOPD (ribu barel minyak per hari) dan 2.760 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari). Hal itu dihasilkan dari penyelesaian pengeboran 502 sumur pengembangan, 511 work over (kerja ulang pindah lapisan), dan 21.764 well service well intervention (reparasi dan intervensi sumur).