Senin 02 Oct 2023 10:27 WIB

Penampungan Pengungsi di Jerman Jadi Sasaran Pembakaran

Rencana pembangunan tempat penampungan pengungsi ditolak warga setempat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Polisi Jerman menyelidiki percobaan pembakaran yang menargetkan sebuah tempat penampungan pengungsi di kota Dresden
Foto: AP
Polisi Jerman menyelidiki percobaan pembakaran yang menargetkan sebuah tempat penampungan pengungsi di kota Dresden

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA --  Sebuah tempat penampungan yang direncanakan akan digunakan untuk pengungsi di Dresden, Jerman bagian timur menjadi sasaran serangan pembakaran. Polisi menyatakan pada Sabtu (30/9/2023), rencana pembakaran tersebut gagal dilakukan.

Para pelaku diduga memanjat pagar ke halaman bekas sekolah di Alexander-Herzen-Strasse di distrik Klotzsche Dresden pada Jumat (29/9/2023) malam. Mereka telah menuangkan cairan yang mudah terbakar ke fasad dan membuat jejak untuk menyalakannya, tetapi api dilaporkan padam sebelum mencapai gedung.

Baca Juga

Pusat Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme Polisi di negara bagian Saxony telah mengambil alih penyelidikan atas peristiwa itu. Secara daring, pasukan keamanan mendesak para saksi untuk melapor.

Serangan yang gagal itu merupakan serangan kedua yang terjadi baru-baru ini terhadap sebuah gedung di Dresden setelah pintu bekas sekolah dirusak pada pertengahan September. Gedung yang saat ini masih kosong itu dimaksudkan untuk menampung pengungsi, hanya saja rencana tersebut mendapat tentangan dari masyarakat setempat.

Seperti yang dilaporkan harian Dresdner Neueste Nachrichten pada Sabtu, dewan distrik di Klotzsche menolak rencana tersebut. Namun pemungutan suara ini tidak mengikat bagi kota Dresden.

Upaya pembakaran yang dilakukan terbaru di fasilitas Dresden adalah bukti lebih lanjut dari meningkatnya jumlah tindakan bermotif ekstremis sayap kanan di Jerman. Menurut angka yang dikeluarkan oleh Badan Intelijen Dalam Negeri, jumlah kejahatan bermotif politik tahun lalu mencapai rekor tertinggi baru.

Pada 2021, tercatat terdapat 945 tindakan kekerasan, 783 kasus penganiayaan tubuh, dan 11 tindakan pembakaran. Pada 2022, terdapat 1.170 kasus kekerasan, 1.013 kasus penganiayaan, dan 18 kasus pembakaran. Dalam perbandingan 10 tahun dikutip dari Anadolu Agency, kejahatan bermotif politik sebenarnya meningkat dua kali lipat.

Kasus kekerasan ekstremis sayap kanan baru-baru ini termasuk surat ancaman terhadap sebuah masjid di distrik Osnabruck. Pada pertengahan Agustus, jemaah menerima surat yang mengatakan, bahwa mereka ingin melakukan tindakan yang dilakukan terhadap orang Yahudi, berarti ancaman ini menunjukan kejahatan Holokaus yang dilakukan Nazi.

Surat itu ditandatangani “NSU 2.0.” merujuk pada National Socialist Underground (NSU), sebuah kelompok teroris ekstremis sayap kanan. Kelompok ini melakukan 10 pembunuhan di Jerman antara 2000 hingga 2007 karena motif rasis. Para pejabat di Turki dan tempat lain mengatakan, kisah lengkap konspirasi rasis tersebut tidak pernah diceritakan.

Awal bulan ini, serangan pembakaran dilakukan di sebuah restoran dekat masjid di Hanover, yang diikuti dengan surat yang diterima masjid yang berbunyi, "Sajian makanan ringan Anda hanyalah permulaan." Pada akhir Juli, dua pria bertopeng memasuki sebuah gedung apartemen di Dresden melalui pintu belakang dan menyerang dua orang asal Afghanistan berusia 16 dan 18 tahun, sambil meneriakkan slogan-slogan xenofobia.

Jajak pendapat yang dilakukan pada tanggal 28 September oleh lembaga penyiaran publik ARD menemukan, bahwa 78 persen warga Jerman menganggap integrasi pengungsi ke dalam masyarakat atau pasar tenaga kerja buruk atau sangat buruk. Delapan dari 10 orang mengatakan, deportasi terhadap pencari suaka yang ditolak dilakukan dengan cara yang buruk atau sangat buruk. Sekitar 64 persen mengatakan, Jerman harus menerima lebih sedikit pengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement