Selasa 03 Oct 2023 15:00 WIB

Ayah Jarang Makan Malam Bersama Keluarga, Ini Dampak Buruknya pada Anak

Balita yang jarang makan malam bersama ayahnya cenderung berperilaku lebih buruk.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Ayah luangkan waktu untuk makan malam bersama keluarga karena akan berdampak positif untuk anak/ilustrasi
Foto: Unsplash
Ayah luangkan waktu untuk makan malam bersama keluarga karena akan berdampak positif untuk anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ayah yang tidak pulang ke rumah untuk makan malam bersama keluarga bisa berakhir dengan anak-anak yang berperilaku lebih buruk. Para peneliti mengamati lebih dari 1.400 pasangan menikah yang memiliki anak berusia dua tahun. 

Peneliti menghitung berapa banyak makan malam dalam seminggu yang dimakan anak tersebut bersama ibu dan ayah mereka. Kemudian, ketika anak tersebut berusia empat atau lima tahun, mereka mengajukan pertanyaan kepada orang tua tentang perilaku mereka, seperti tantrum dan berbagi.

Baca Juga

Melansir Daily Mail, Selasa (3/10/2023), balita yang lebih jarang makan malam bersama ayahnya, berperilaku lebih buruk di usia yang lebih tua. Hal ini berlaku bahkan jika mereka makan malam bersama ibu mereka setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa yang terbaik adalah jika kedua orang tua hadir.

Sehyun Ju, yang memimpin penelitian dari University of Illinois Urbana Champaign, mengatakan, selama makan bersama keluarga, anak-anak belajar dari melihat orang dewasa berbagi makanan, berinteraksi satu sama lain, melakukan percakapan dan melakukan kontak mata.

Ini adalah pengalaman unik sehari-hari yang dapat membantu mereka belajar bagaimana berkomunikasi dan berperilaku. Hasil ini menunjukkan bahwa kehadiran seluruh keluarga di meja makan adalah hal yang penting, karena ayah membawa kualitas yang penting dan unik, begitu pula dengan ibu.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology ini menemukan bahwa anak-anak yang lebih jarang makan malam bersama ibu mereka yang berusia dua tahun, mungkin makan bersama anggota keluarga lain atau pengasuh bayi, juga berperilaku lebih buruk di usia yang lebih tua. Hanya satu hari dalam seminggu ketika seorang ayah atau ibu tidak hadir di meja makan secara signifikan dikaitkan dengan perilaku masa kanak-kanak yang lebih buruk.

Ayah yang tidak puas dengan pekerjaan dan situasi keuangannya ternyata lebih jarang makan malam bersama keluarganya. Hal ini terlepas dari apakah mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang, hal ini menunjukkan bahwa pria yang tidak bahagia di tempat kerja mungkin kekurangan energi atau motivasi untuk pulang ke rumah untuk makan malam bersama anak mereka.

Ketika ayah lebih tidak puas dengan pekerjaannya, ibu lebih sering makan malam bersama anaknya. Hal ini bisa menunjukkan perempuan berusaha mengimbangi stres suami mereka dengan mengambil alih posisi mereka di meja makan. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa bahkan ketika para ibu sedang berada di meja makan, anak-anak mungkin akan merasa dirugikan karena ketidakhadiran ayah mereka.

Terlepas dari seberapa sering ibu makan malam bersama balita mereka, perilaku anak akan lebih buruk jika ayah mereka lebih jarang makan malam bersama mereka. Studi ini juga menemukan bahwa perempuan yang tidak puas dengan pekerjaan dan situasi keuangan mereka memiliki anak-anak yang berperilaku lebih buruk, mungkin karena mereka lebih lelah dan kurang terlibat secara emosional dengan anak mereka. Namun, tidak seperti ayah, para ibu juga cenderung hadir untuk makan malam bersama anak mereka kendati mereka tidak bahagia dengan pekerjaannya.

Pentingnya kehadiran orang tua pada waktu makan terlihat bahkan setelah para peneliti memperhitungkan keterlibatan ibu dan ayah dalam kehidupan anak-anak mereka secara umum, misalnya pada waktu tidur dan waktu mandi.

"Ada kemungkinan bahwa orang tua yang mampu mempertahankan rutinitas waktu makan keluarga meskipun mereka mengalami stres terkait pekerjaan mungkin memiliki batasan pekerjaan, tapi keluarga yang lebih baik dan kapasitas pengaturan stres yang lebih besar," ujar hasil penelitian tersebut. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement