Rabu 04 Oct 2023 14:46 WIB

Berkah tak Ternilai yang Kadang Luput Kita Syukuri

Sheikh al-Ghazali menyebut semua kehidupan adalah anugerah yang patut disyukuri.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Panorama wisata Pantai Lempuyang di Kampung Merak, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (8/10/2022). Pemerintah Kabupaten Situbondo mulai mengembangkan wisata pantai yang berada di kawasan Kampung Merak, Taman Nasional Baluran itu dengan membangun infrastruktur jalan karena lokasi tersebut terdapat beberapa destinasi wisata yang indah dan masih alami.
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Panorama wisata Pantai Lempuyang di Kampung Merak, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (8/10/2022). Pemerintah Kabupaten Situbondo mulai mengembangkan wisata pantai yang berada di kawasan Kampung Merak, Taman Nasional Baluran itu dengan membangun infrastruktur jalan karena lokasi tersebut terdapat beberapa destinasi wisata yang indah dan masih alami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama hidup di dunia, pernahkah kita satu kali saja memperhatikan hal-hal kecil? Seperti sekadar keluar rumah, menghirup udara pagi yang segar, atau menikmati pancaran sinar matahari?

Jika seseorang mulai lalai terhadap kesehatan tubuhnya, keutuhan organ tubuh dan kesempurnaan kemampuan yang dimiliki, ada baiknya segera bergerak dan memperbaiki diri.

Baca Juga

Dalam hidup ini, modal yang harus dimiliki bukanlah emas dan perak. Modal sejati atau kekayaan sejati adalah kemampuan yang Allah SWT berikan, seperti kecerdasan, kebebasan, serta anugerah tertinggi berupa kesehatan yang baik.

“Maukah kamu menjual kedua mata dengan harga satu miliar dolar?” Seorang penulis dan pendidik Dale Carnegie bertanya-tanya, “Apa yang akan Anda ambil untuk kedua kaki dan tangan Anda? Pendengaranmu? Anak-anak Anda atau keluarga Anda?"

Ulama Sheikh Mohammed al-Ghazali yang juga penulis menyebut silakan tambah semua aset yang dimiliki, kemudian kalian akan menyadari kalian tidak akan menjual apa yang dimiliki untuk semua emas yang pernah diharapkan. Namun, apakah kita menghargai semua ini? Jawabannya adalah tidak.

Seperti yang dikatakan Schopenhauer, “Kita jarang memikirkan apa yang kita punya, tapi selalu memikirkan apa yang kurang."’ Manusia disebut memiliki kecenderungan jarang memikirkan apa yang telah dimiliki, tapi selalu memikirkan apa yang kurang, yang mana ini adalah tragedi terbesar di dunia.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan Ibnu Al-Samak, seorang ulama yang saleh, sedang menghadiri kajian Khalifah Harun Al-Rasyid. Setelah meminta air, ia berkata kepadanya: “Nasihati saya.”

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement