REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru dari Common Sense Media mengungkapkan bahwa remaja sering kali "dihujani" oleh ratusan notifikasi pada ponsel mereka setiap hari. Kondisi yang sangat menstimulasi ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi beberapa fungsi di otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan.
Studi ini dilakukan dengan cara mensurvei 203 orang remaja berusia 11-17 tahun. Selama studi berlangsung, tim peneliti memasang sebuah aplikasi pada ponsel para remaja untuk memantau ponsel mereka. Aplikasi tersebut bisa memberikan informasi mengenai aplikasi yang sedang digunakan oleh remaja, waktu penggunaan aplikasi, serta jumlah notifikasi yang muncul.
Melalui studi ini, tim peneliti juga memantau aplikasi media sosial yang digunakan oleh para remaja. Aplikasi-aplikasi tersebut mencakup TikTok, Snapchat, Facebook, Instagram, dan Discord.
Menurut studi, sekitar setengah dari remaja berusia 11-17 tahun menerima setidaknya 237 notifikasi per hari pada ponsel mereka. Sekitar 25 persen dari notifikasi tersebut muncul di saat jam sekolah, sedangkan 5 persen lainnya muncul di malam hari.
Pada beberapa kasus, sebagian remaja bahkan bisa mendapatkan hampir 5.000 notifikasi dalam waktu 24 jam. Sebagian besar notifikasi yang muncul berkaitan dengan media sosial.
Tak hanya itu, sebanyak 59 persen remaja masih aktif menggunakan ponsel pada tengah malam hingga jam 05.00 pagi. Selama kurun waktu tersebut, sebagian besar remaja menggunakan ponsel mereka untuk membuka aplikasi media sosial, namun banyak juga yang menggunakan ponsel mereka untuk memasang musik atau white noise untuk mempermudah tidur.
"Mereka secara konsisten didorong untuk menanggapi teman-teman mereka secara sosial di Snapchat, TikTok, atau aplikasi apa pun. Ini merupakan faktor dominan dari seluruh kehidupan pribadi mereka," ujar CEO Common Sense Media, Jim Steyer, seperti dilansir NBC News pada Rabu (4/10/23).
Masifnya notifikasi yang muncul pada ponsel serta tingginya tingkat penggunaan ponsel dapat menciptakan kondisi yang sangat menstimulasi bagi remaja. Lingkungan dengan stimulasi yang tinggi seperti ini bisa mempengaruhi kemampuan kognitif, rentang perhatian, hingga daya ingat pada otak remaja yang masih berkembang.
"Apa saja konsekuensi jangka panjangnya? Saya rasa kita tidak tahu," lanjut direktur sementara dari departemen ilmu kejiwaan anak dan remaja dari Rady Children's Hospital-San Diego, Dr Benjamin Maxwell, yang tak terlibat dalam studi.
Menurut studi, sekitar 97 persen remaja....