Rabu 04 Oct 2023 17:14 WIB

Hati-Hati, Membedong Bayi Bisa Sebabkan Lepas Panggul

Membedong bayi ternyata memiliki efek negatif berupa lepas panggul.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Bayi dibedong. Membedong bayi ternyata memiliki efek negatif berupa lepasnya panggul bayi.
Foto: littlematrix
Bayi dibedong. Membedong bayi ternyata memiliki efek negatif berupa lepasnya panggul bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat bayi baru lahir, membedong bayi biasanya dilakukan para ibu. Tujuannya, membuat bayi hangat dan dipercaya mampu membuat kaki menjadi "lurus".

Nyatanya, membedong bayi ini memiliki efek negatif. Salah satunya adalah gangguan lepas panggul. Apakah itu?

Baca Juga

Konsultan orthopedi anak Eka Hospital BSD, dr Patar Parmonangan Oppusunggu, SpOT (K), mengatakan hip dysplasia atau biasa dikenal dengan istilah bayi lepas panggul adalah gangguan pada panggul yang menyebabkan sendi panggul yang berbentuk seperti soket tidak memegang bagian bola tulang paha atas sepenuhnya. "Hal ini memungkinkan sendi panggul mengalami dislokasi sebagian atau seluruhnya," ujarnya dal siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/10/2023).

Kondisi ini sebaiknya jangan disepelekan karena bisa berdampak pada proses pertumbuhan dan juga kenyamanan si kecil. Ia mengatakan, melihat proses pertumbuhan seorang anak selalu membuat kagum dan bahagia bagi para ayah dan ibu. Proses ini ketika si kecil mulai mengangkat kepala sendiri, merangkak, hingga bisa berjalan secara aktif, biasanya dimulai saat mereka menginjak usia 1 sampai 2 tahun dan tentunya tidak terjadi begitu saja dalam sekejap. Proses berjalan memang cukup memakan waktu hingga akhirnya si kecil dapat berjalan sendiri dengan tegap. 

"Namun, proses itu bisa saja terhambat apabila mereka mengalami hip dysplasia, sebuah gangguan pada panggul yang terjadi cukup umum pada bayi," ujarnya.

Apa penyebab dari hip dysplasia? Ia menjelaskan, belum diketahui secara pasti apa yang bisa menyebabkan seorang anak bisa mengalami panggul lepas, namun biasanya kondisi ini sudah dapat berkembang ketika mereka telah dilahirkan yang dinamakan sebagai developmental dysplasia

Developmental dysplasia sendiri merupakan gangguan perkembangan panggul pada bayi yang dapat terjadi karena karena beberapa faktor. Meski bisa dialami oleh semua anak, ada beberapa faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko developmental dysplasia pada si kecil.

Salah satunya membedong bayi. Hip dysplasia bisa terjadi karena kebiasaan membedong yang kurang baik pada si kecil. Membedong adalah teknik membalut tubuh si kecil dengan kain untuk menjaga suhu dan posisinya tetap terjaga. 

"Membedong memiliki manfaatnya tersendiri untuk bayi dan juga orang tua, namun apabila teknik yang dilakukan kurang tepat, membedong bisa menyebabkan panggul lepas pada bayi," ujarnya.

Selain itu, anak berjenis kelamin perempuan, anak perempuan diketahui memiliki risiko hip dysplasia 4 sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki karena secara biologis perempuan memiliki ukuran panggul yang lebih besar daripada laki-laki. Selain itu, anak sulung, anak pertama diketahui juga memiliki risiko hip dysplasia yang lebih tinggi karena kondisi rahim ibu yang masih ketat dan kencang saat pertama kali mengandung.

Tak hanya itu, kehamilan bayi sungsang juga menjadi faktor pemicunya. "Ketika bayi dalam posisi terbalik di dalam rahim di mana bokong yang menghadap ke bawah dan bukan kepala," ujarnya. Pengaruh faktor genetik, seperti memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami hip dysplasia sebelumnya juga turut memengaruhi. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement