Selasa 10 Oct 2023 09:30 WIB

Larangan Mengambil Lagi Mahar dari Istri 

Mahar wajib diberikan mempelai pria ke mempelai wanita.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Pengantin menyerahkan mahar atau mas kawin dengan uang tunai Rp77 ribu saat melakukan prosesi akad pernikahan pada gelaran akad dan sidang isbat nikah massal gratis di Kecamatan Pahandut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (15/8/2022). Pemkot Palangka Raya memfasilitasi kegiatan tersebut bertujuan untuk meringankan beban masyarakat kurang mampu dalam mendapatkan legalitas dan administrasi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Pengantin menyerahkan mahar atau mas kawin dengan uang tunai Rp77 ribu saat melakukan prosesi akad pernikahan pada gelaran akad dan sidang isbat nikah massal gratis di Kecamatan Pahandut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (15/8/2022). Pemkot Palangka Raya memfasilitasi kegiatan tersebut bertujuan untuk meringankan beban masyarakat kurang mampu dalam mendapatkan legalitas dan administrasi pernikahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Mahar pernikahan atau shadaq atau disebut juga maskawin wajib diberikan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dalam pernikahan. Adanya mahar sebagai kesungguhan seorang lelaki menikahi perempuan. Lebih dari itu, mahar menjadi bentuk penghormatan terhadap perempuan yang dinikahi. 

Maskawin yang sudah diberikan kepada istri adalah sepenuhnya milik istri. Tak ada secuil pun hak suami lagi. Maka suami tidak boleh mempergunakan maskawin itu sekehendak hatinya, misalnya menjual cincin atau gelang yang jadi maskawin. Sementara istrinya tidak mengetahui atau ridho dengan perbuatan suaminya. Maka ketika seorang lelaki memberikan maskawin harus dengan penuh kerelaan. 

Baca Juga

Terkecuali bila dalam keadaan mendesak, misalnya untuk kebutuhan ekonomi keluarga, atas izin dan keridhoan Istri lalu keduanya menjual sebagian maskawinnya agar ekonomi keluarga kembali membaik, dan  suami berkomitmen untuk menggantinya setelah kondisi ekonomi kembali stabil maka hal demikian diperbolehkan.

Sebagaimana Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman:

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً ۚ فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِ‌يئًا ﴿٤﴾

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Alquran surat An Nida ayat 4).

Haram bagi seorang lelaki itu menipu perempuan yang dinikahinya dengan maskawin. Misalnya seorang lelaki menikahi wanita dengan maskawin emas dan kendaraan, namun ia berniat setelah menikah, maskawin itu akan diambilnya kembali. Atau ia hanya berniat mempermainkan perempuan itu dengan menikahinya lalu bisa menyetubuhinya, setelah itu ia mencerai istrinya dan membawa semua maskawinnya, maka perbuatan lelaki itu zalim dan statusnya khusus untuk si laki-laki itu adalah orang yang zina. Sebagaimana hadits:

وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :مَنْ أَصْدَقَ امْرَأَةً صَدَاقًاوَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُرِيْدُ أَدَاءَهُ اِلَيْهَا فَغَرَّهَابِاللَّهِ وَاسْتَحَلَّ فَرْجَهَابِالْبَاطِلِ لَقِىَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ وَهُوَزَانٍ.  

Artinya: Rasulullah ﷺ bersabda : Barangsiapa memberikan maskawin kepada perempuan, dan Allah mengetahui bahwa orang itu tidak menginginkan menyerahkan maskawin kepada perempuan tadi. Maka lelaki itu menimpu perempuannya atas nama Allah dan dia menghalalkan kemaluannya perempuan dengan batil, niscaya ia bertemu Allah di hari kiamat dan ia (lelaki) berstatus zina. (HR. Bukhari).

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement