Selasa 10 Oct 2023 10:00 WIB

Langkah Pertama yang Dilakukan Nabi Muhammad Usai Hijrah

Nabi Muhammad membangun Masjid Nabawi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
 Langkah Pertama yang Dilakukan Nabi Muhammad Usai Hijrah. Foto:  Kota Madinah tempo dulu.
Foto: Republika.co.id
Langkah Pertama yang Dilakukan Nabi Muhammad Usai Hijrah. Foto: Kota Madinah tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ﷺ usai hijrah adalah membangun masjid Nabawi. Lokasinya diambil di tempat berdekamnya onta Rasulullah ﷺ saat pertama kali beliau tiba di Madinah. Tanah tersebut dibeli dari dua orang anak yatim. 

Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Pembangunan mesjid dimulai, dan Rasulullah ﷺ terlibat langsung di dalamnya, beliau mengangkat batu bata, seraya melantunkan bait : 

Baca Juga

“Ya Allah, tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat Ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin” 

Hal tersebut tentu saja menambah semangat para sahabat untuk bekerja. 

Kiblat mesjid menghadap ke Baitul Maqdis (Sebelum kiblatnya dirubah ke Masjidil Haram). Kedua sisinya dibuat dari batu, sementara dinding mesjid terbuat dari bata dan tanah. Sedang atapnya dari pelepah kurma dan tiangnya dari pangkal pohon kurma, sedang lantainya dihamparkan batu krikil dan pasir. Pintunya ada tiga. Panjang mesjid dari Kiblat hingga belakang kurang lebih seratus hasta, begitu juga lebarnya. Pondasinya sekitar tiga hasta. 

Selesai membangun mesjid, Rasulullah ﷺ membangun perumahan untuk isteri-isterinya, yang terbuat dari tanah liat dengan atap pelepah kurma. Kemudian beliau pindah dari rumah Abu Ayub al-Anshari. 

Masjid Nabawi pada saat itu, selain sebagai tempat shalat, juga merupakan tempat berkumpul kaum muslimin untuk membicarakan berbagai hal penting dan menyelesaikan berbagai perkara di antara mereka. Selain itu, berfungsi juga sebagai tempat tinggal bagi kalangan Muhajirin yang tidak mendapatkan tempat tinggal atau sanak saudara di Madinah.  

Langkah Rasulullah ﷺ berikutnya adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Hal tersebut terjadi di rumah Anas bin Malik. Saat itu berkumpul sembilan puluh orang, sebagian dari kalangan Anshar, dan sebagian lagi dari kalangan Muhajirin. Lalu Rasulullah ﷺ mempersaudarakan mereka satu persatu, untuk saling tolong menolong dan saling mewarisi. Hingga kemudian Allah menurunkan ayatnya : 

 “Orang orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabatnya)" (OS. al-Anfal ayat 75) 

Maka setelah itu, waris hanya diberikan kepada kerabat, namun persaudaraan mereka tetap berlaku. Persaudaraan tersebut benar benar diwujudkan oleh kaum muslimin dengan kesungguhan. 

Orang-orang Anshar sangat besar perhatiannya terhadap saudara-saudaranya dari kalangan Muhajirin. Mereka sangat mengasihi saudaranya, mengorbankan hartanya, bahkan lebih mementingkan saudaranya walaupun mereka sendiri kesusahan. Sementara kaum Muhajirin menerimanya dengan sewajarnya, tidak menjadikannnya sebagai kesempatan yang berlebih-lebihan. 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ mempersaudarakan antara Abdurrahman bin Auf dan Sa'ad bin Rabi'. 

Sa'ad berkata : 

“Saya orang Anshar yang kaya, saya akan bagi dua harta saya, dan saya memiliki dua isteri, yang mana yang kamu suka, sebutkan saja, saya akan menceraikannya dan jika telah selesai iddahnya, nikahilah”. 

Namun dengan santun Abdurrahman bin 'Auf menjawab: “Semoga Allah memberkahimu, keluargamu dan hartamu, mohon tunjukkan kepada saya di mana pasar Madinah?”. 

Lalu Sa'ad meunjukkan kepadanya pasar Bani Qainuqa untuk melakukan kegiatan perdagangan di sana, dan tak beberapa lama dia sudah dapat menghasilkan keuntungan yang besar. 

Tindakan mempersaudarakan ini sangat efektif dalam mengatasi masalah kesenjangan sosial antara kaum Muhajirin dan Anshar. 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement