REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Poltracking Indonesia mencatat nama Erick Thohir menjadi kandidat cawapres yang paling diminati di Jawa Timur. Dari simulasi 10 nama cawapres, Menteri BUMN ini menempati peringkat pertama dengan 21,4 persen, unggul dari Mahfud MD (21%), Muhaimin Iskandar(14,8%) dan Khofifah Indar Parawansa (14,3%).
Dari data berbagai lembaga survei politik, termasuk Poltracking, Dekan FISIP Universitas Brawijaya, Prof Anang Sujoko mengatakan, saat ini sosok cawapres yang cocok dan bisa masuk ke Prabowo maupun Ganjar hanyalah Erick Thohir. Tingginya elektabilitas Erick di Jawa Timur ini lantaran mayoritas masyarakatnya berasal dari Nahdlatul Ulama.
"Sebagian besar warga Nahdliyin menilai sebagai Ketua Harlah 1 abad Nahdlatul Ulama, Erick dianggap berhasil menggelar perhelatan akbar di Sidoarjo beberapa waktu yang lalu," kata Anang saat dihubungi wartawan, Kamis (12/10/2023).
Survei yang dilakukan Poltracking, 20,8% warga Nahdliyin merasa dekat dengan Erick Thohir dibandingkan Mahfud MD (17,2%), Muhaimid Iskandar (16,7%) dan Khofifah Indar Parawansa (13,7%). Lanjut Anang, kedekatan antara Erick dengan warga Nahdliyin ini sudah dibangung cukup lama.
Bahkan Erick kerap melibatkan orgaisasi di bawah Nahdlatul Ulama dalam setiap kegiatannya. Selain itu kedekatan dengan Presiden Jokowi dan keberhasilan Erick dalam menjalankan tugas sebagai Menteri BUMN dinilai Anang mampu meningkatkan elektabilitasnya di Jawa Timur.
“Kedekatan dengan NU dan Presiden Jokowi sangat memengaruhi elektabilitas Erick di masyarakat Jawa Timur. Dengan tingginya elektabilitas Erick di Jawa Timur membuat sosoknya memegang kunci keberhasilan Ganjar ataupun Prabowo menuju pucuk pimpinan tertinggi di Indonesia,” sebut Anang.
Dengan posisi yang bukan berasal dari profesional dan tidak menjadi anggota salah satu parpol, Anang melihat posisi Erick saat ini hanya tinggal menunggu lampu hijau dari Jokowi saja. Selain itu posisi Erick saat ini tinggal menunggu apakah Ganjar atau Prabowo yang terlebih dahulu meminangnya sebagai cawapres.
“Jika tanggal 16 Oktober MK tak mengabulkan gugatan batas minimal umur capres cawapresi, bisa dipastikan Erick dapat menjadi pendamping Ganjar atau Prabowo. Namun jika MK mengabulkan gugatan batas minimal umur capres cawapres dan Gibran maju sebagai cawapres Ganjar atau Prabowo, maka posisi Erick berpotensi terganggu. Jika Gibran sudah ditunjuk Megawati sebagai komandan pemenangan Ganjar, maka posisi Erick relatif aman,” ucap Anang.
Jika MK meloloskan usia di bawah 40 dapat menjadi capres cawapres, Anang memastikan ada kosentrasi loyalis Jokowi yang akan pecah. Sebagian suara akan ke Gibran dan sebagian besar lainnya akan ke Erick Thohir.
Menurut Anang, saat ini Gibran hanya dikenal sebagai anak Presiden Jokowi. Belum sampai pada reputasi beliau sebagai kepala daerah.
“Sehingga jika Gibran maju sebagai cawapres Ganjar atau Prabowo maka suara pendukung Jokowi dipastikan akan pecah. Akan ada kekacauan peta pendukung jika Gibran menjadi cawapres Ganjar atau Prabowo," ucap dia.
Anang mengaku tak bisa bisa berandai-andai, sehingga meminta rakyat melihat dahulu bagaimana cara komunikasi bergabungnya Gibran ke Prabowo atau bergabungnya Erick ke Ganjar. "Dengan pecahnya suara loyalis Jokowi ini akan membuat kompetisi antara Ganjar dan Prabowo akan semakin ketat. Saya memperkirakan hingga akhir masa pendaftaran capres cawapres masih akan alot,” ucap Anang.
Prof Anang juga menyoroti pasangan Anies Baswedan dan Ketua PKB Muhaimin Iskandar. Menurut Anang, elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan ini masih sangat minim.
Berdasarkan survei politik yang dikeluarkan Poltracking, Anies masih diposisi paling buncit dengan elektabilitas 13,6 persen. Meski elektabilitas Anies sudah naik 4,3 persen, namun kenaikan itu belum mampu mendekati rival terberatnya Ganjar Pranowo (38,2%) dan Prabowo Subianto (40,6%).