REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pejabat Hamas mengatakan kepada penduduk Jalur Gaza untuk tetap tinggal di rumah pada Jumat (13/10/2023). Saran tersebut bertentangan dengan seruan militer Israel agar lebih dari satu juta warga sipil pindah ke selatan dalam waktu 24 jam.
Permintaan itu disampikan melalui pengumuman di masjid. Masjid-masjid yang berada di Gaza menyiarkan pesan: "Pertahankan rumahmu. Pertahankan tanahmu."
Sebelum permintaan tersebut, Militer Israel memerintah warga sipil Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan. “Teroris Hamas bersembunyi di Kota Gaza di dalam terowongan di bawah rumah dan di dalam bangunan yang dihuni warga sipil Gaza yang tidak bersalah,” ujarnya.
Tapi, Hamas mendesak warga Palestina untuk mengabaikan seruan tersebut. Kelompok yang memimpin wilayah Gaza itu menggambarkannya sebagai disinformasi yang dirancang untuk menyebarkan kepanikan dan memfasilitasi rencana Israel untuk menyerang dan menghancurkan kelompok militan tersebut.
Israel telah melancarkan serangan udara terberat di Gaza. Militer pun telah mengerahkan 300 ribu tentara cadangan dan mengumpulkan tank di dekat perbatasan sebagai respons terhadap serangan Hamas.
Ancaman invasi darat telah memunculkan gambaran Nakba yang mengacu pada perang pada 1948 yang menyebabkan perampasan massal wilayah Palestina. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Amman, bahwa dia juga menolak pemindahan paksa warga Palestina di Gaza. Dia mengatakan kejadian seperti itu akan menjadi Nakba kedua.
Analis Gaza Talal Okal juga menggambarkan perintah relokasi Israel sebagai upaya untuk mendorong rakyat Palestina di Gaza ke dalam Nakba. “Seperti yang mereka lakukan pada 1948 ketika mereka mengusir orang-orang dari Palestina yang bersejarah dengan menjatuhkan barel bahan peledak ke kepala mereka, hari ini Israel mengulangi hal yang sama di depan mata dunia dan kamera langsung,” kata Okal.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas Eyad Al-Bozom mendesak masyarakat Arab di mana pun dan terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Israel untuk mendukung rakyat Gaza. “Kami memberi tahu masyarakat di Gaza utara dan Kota Gaza, tetap tinggal di rumah dan tempat Anda. Dengan melakukan pembantaian terhadap warga sipil, penjajah ingin sekali lagi mengusir kami dari tanah kami,” katanya.
“Pemindahan 1948 tidak akan terjadi. Kami akan mati dan kami tidak akan pergi,” kata Bozom pada konferensi pers yang diadakan di rumah sakit Shifa di Kota Gaza.
Badan Pengungsi Palestina PBB menggambarkan seruan militer tersebut sebagai hal yang mengerikan. UNRWA mengatakan, bahwa daerah kantong tersebut dengan cepat menjadi lubang neraka.
“Ini hanya akan menyebabkan tingkat kesengsaraan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan semakin mendorong orang-orang untuk melakukan evakuasi. Gaza ke dalam jurang," ujar Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
Lazzarini mengatakan, lebih dari 423 ribu orang telah mengungsi sejak 7 Oktober 2023 dengan 270 ribu orang mengungsi di tempat penampungan UNRWA. “Skala dan kecepatan krisis kemanusiaan yang terjadi sangat mengerikan. Gaza dengan cepat menjadi lubang neraka dan berada di ambang kehancuran," katanya.
Segera akhiri tragedi...