REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2023 kembali surplus. Meskipun begitu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai surplus tersebut dalam kondisi tidak sehat.
"Neraca perdagangan kembali surplus di atas 3 miliar dolar AS bukan berarti bagus ya karena surplusnya bukan karena dorongan peningkatan ekspor tapi karena impornya turun tajam," kata Faisal kepada Republika.co.id, Senin (16/10/2023).
Dia menjelaskan, ekspor juga terpantau mengalami penurunan. Hanya saja menurutnya, penurunan impor pada September 2023 lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor. "Jadi ini surplus yang tidak sehat," ucap Faisal.
Faisal menambahkan, impor Indonesia yang lesu juga merefleksikan kondisi domestik yang juga mulai terpapar kondisi global. Apalagi, kata dia, penurunan impor terjadi kada barang-barang produksi bahan baku dan penolong industri.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2023 kembali surplus. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan neraca perdagangan barang pada September 2023 surplus 3,42 miliar dolar AS atau naik 0,3 miliar dolar AS secara bulanan.
"Dengan demikian neraca perdagangan mencatatkan surplus selama 41 bulan berturut sejak Mei 2020," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (16/10/2023).
Dia mengatakan, surplus tersebut meningkat jika dibandingkan surplus bulan sebelumnya. Hanya saha, angka tersebut menurutnya lebih rendah jika dibandingkan bulan yang sama pada 2022.
Surplus pada September 2023 terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor. Pada September 2023, Amalia menuturkan, nilai impor Indonesia mencapai 17,34 miliar dolar AS atau turun 8,15 persen secara bulanan.