REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama, Tanri Abeng, mengatakan, Erick Thohir telah membawa perubahan besar dalam membenahi BUMN. Tanri menyampaikan, Erick merupakan figur pemimpin yang berani melakukan melakukan transformasi.
"Kalau kita ikuti kinerjanya, Pak Erick itu baru masuk menjelang akhir 2019 dan sudah memulai restrukturisasi," ujar Tanri di Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Berkat tangan dinginnya, Tanri menyebut Erick mampu membawa BUMN keluar dari badai ekonomi akibat pandemi covid-19. Tanri menyampaikan, laba bersih BUMN konsolidasi BUMN anjlok hingga Rp 13 triliun dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 125 triliun akibat pandemi. Namun, Tanri melanjutkan, Erick berhasil membuat laba BUMN kembali seperti 2019 sebesar Rp 125 triliun pada 2021 atau setahun berselang.
"Yang lebih dahsyat, kinerja BUMN pada 2022 itu rekor sepanjang sejarah BUMN, di buku itu Rp 309 triliun, tetapi di situ ada keuntungan Garuda yang tidak berbentuk cash, kalau melihat cash to cash itu (laba BUMN) mencapai Rp 252 triliun atau dobel dari tahun sebelumnya, itu pun masih rekor," kata Tanri.
Tanri mengatakan Erick secara konsisten terus meningkatkan kinerja BUMN. Menurut Tanri, apa yang dilakukan Erick sudah tepat dalam menyehatkan dan meningkatkan keuntungan BUMN dalam empat tahun terakhir kepemimpinannya.
"Kalau kita pihak semester I 2023, Ebitda dari periode yang sama naik 14 persen, net income juga naik 13 persen, berarti kita prediksi 2023 nanti BUMN akan melampaui keuntungan 2022, ini berarti konsisten peningkatannya," ujar Tanri.
Tidak hanya itu, Tanri mengatakan, Erick juga berhasil memperbaiki solvabilitas BUMN. Tanri menyampaikan, rasio utang terhadap modal BUMN terus membaik pada zaman Erick. Hal ini menjadikan kondisi keuangan BUMN menjadi jauh lebih sehat mengingat pertumbuhan aset dan modal yang dimiliki BUMN jauh lebih besar daripada utang.
"Sebelum Erick Thohir itu selalu dibiayai dengan utang yang paling besar, maka aset meningkat tapi utang juga meningkat. Tiga tahun terakhir ini peningkatan aset sudah normal, tidak lagi menggelembungkan utang, jadi solvabilitasnya membaik," kata Tanri.