Jumat 27 Oct 2023 22:21 WIB

Kemenkes: Stunting Masih Bisa Diperbaiki pada Usia di Atas 2 Tahun

Stunting di Indonesia pada 2022 mencapai 21,6 persen dari populasi balita.

Red: Qommarria Rostanti
Stunting (ilustrasi). Stunting pada anak usia di atas 2 tahun masih bisa diperbaiki.
Foto: Republika/Mardiah
Stunting (ilustrasi). Stunting pada anak usia di atas 2 tahun masih bisa diperbaiki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting pada anak usia di atas 2 tahun masih bisa diperbaiki melalui intervensi medis untuk meningkatkan tumbuh kembang otak. Hal ini disampaikan oleh Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu-Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy.

"Untuk kembali mencapai potensi optimalnya tidak bisa, karena terlanjur terjadi gangguan. Tapi kami tetap berikan pengobatan supaya perkembangan otaknya bisa tetap berlanjut," kata Lovely Daisy dalam podcast Kemenkes RI yang tayang di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Baca Juga

Daisy mengatakan pada kondisi normal, pertumbuhan optimal otak anak akan mencapai 85 persen saat ia menginjak usia 2 tahun. Anak dengan masalah stunting umumnya kurang dari jumlah tersebut.

Berdasarkan data survei kesehatan 2022, kata Daisy, 18,5 persen bayi di Indonesia lahir dalam kondisi stunting karena pengaruh gangguan janin sebelum lahir. Bentuk intervensi yang tepat untuk mengakselerasi laju pertumbuhan otak pada anak stunting adalah dengan mengonsultasikan masalah yang dialami ke pihak medis di rumah sakit untuk mendapatkan tata laksana intervensi gizi.

"Stunting berpengaruh pada pertumbuhan otak dan fisik anak. Kalau perkembangan badannya sudah terganggu, artinya pertumbuhan otak juga mengalami gangguan," katanya.

Ia mengatakan intervensi gizi untuk anak setelah usia 2 tahun tetap berkontribusi mengejar ketertinggalan masa tumbuh kembang akibat kondisi stunting. Salah satunya dengan memberikan asupan makanan berprotein hewani seperti telur, daging ayam, daging sapi, maupun ikan.

"Tidak semua anak stunting tidak bisa mencapai tinggi badan anak normal. Kita yang penting mencegah, jangan sampai tunggu stunting, karena terlambat," katanya.

Seperti diketahui, kasus stunting di Indonesia pada kurun 2022 mencapai 21,6 persen dari populasi balita. Jumlah itu menurun dari setahun sebelumnya berkisar 24,4 persen. "Tahun ini kita masih tunggu hasil survei yang akan keluar di bulan depan. Target kita tahun ini kalau mau capai 14 persen di tahun depan, tahun ini paling tinggi harusnya 17,8 persen. Mudah-mudahan bisa tercapai," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement