Ahad 29 Oct 2023 07:27 WIB

ICRC: Dunia tidak boleh Menoleransi Situasi Bencana di Gaza

Warga sipil tidak memiliki tempat yang aman untuk berlindung di Gaza.

Rep: Mabruroh/ Red: Indira Rezkisari
Pria menggotong anak perempuan usai serangan udara di Gaza bagian utara pada Sabtu (28/10/2023). Lebih dari 7.000 warga Palestina dan 1.300 warga Israel meninggal sejak serangan 7 Oktober tahun ini.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pria menggotong anak perempuan usai serangan udara di Gaza bagian utara pada Sabtu (28/10/2023). Lebih dari 7.000 warga Palestina dan 1.300 warga Israel meninggal sejak serangan 7 Oktober tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Mirjana Spoljaric meminta semua pihak untuk mengambil tindakan menghentikan penderitaan warga sipil yang tidak dapat ditoleransi di Jalur Gaza. “Ini adalah kegagalan besar yang tidak boleh ditoleransi oleh dunia,” kata Mirjana Spoljaric.

Ketika Israel menyatakan perangnya terhadap Hamas, artinya masuk fase baru dengan pemboman besar-besaran di Gaza. “Saya terkejut dengan tingkat penderitaan manusia yang tidak dapat ditoleransi dan mendesak pihak-pihak yang terlibat konflik untuk melakukan deeskalasi sekarang,” kata dia.

Baca Juga

“Kehilangan tragis begitu banyak nyawa warga sipil sungguh menyedihkan,” ujar Spoljaric, dilansir dari Al Arabiya, Ahad (29/10/2023).

“Tidak dapat diterima bahwa warga sipil tidak memiliki tempat yang aman untuk pergi di Gaza di tengah pemboman besar-besaran. Dan dengan adanya pengepungan militer, maka saat ini tidak ada respons kemanusiaan yang memadai,” ujar Spoljaric.

Spoljaric berbicara beberapa jam setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan tajam mengkritik esklasi pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza, dan menyerukan gencatan senjata segera. Tentara Israel pada Sabtu (28/10/2023), memperingatkan penduduk Kota Gaza, di utara Gaza, bahwa daerah tersebut sekarang menjadi medan perang, dan memerintahkan mereka untuk segera mengungsi ke selatan.

Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan serangan Israel telah menewaskan 7.703 orang. Sebagian besar warga sipil dan lebih dari 3.500 di antaranya adalah anak-anak.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk pada Sabtu memperingatkan, bahwa ada kemungkinan ribuan warga sipil akan meninggal jika Israel melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza. Konflik tersebut merupakan yang kelima dan paling mematikan di Gaza, sejak Israel secara sepihak menarik pasukan dan pemukim dari wilayah Palestina pada tahun 2005.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement