Senin 30 Oct 2023 15:02 WIB

Jurnalis Jadi Target Empuk Serangan Israel di Lebanon

Tak mungkin jurnalis disalahartikan sebagai kombatan karena mereka tak bersembunyi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Seorang jurnalis Palestina menenangkan keponakannya yang terluka dalam serangan Israel di rumah keluarganya di kamp pengungsi Nusseirat, di sebuah rumah sakit di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Foto: AP Photo/Ali Mahmoud
Seorang jurnalis Palestina menenangkan keponakannya yang terluka dalam serangan Israel di rumah keluarganya di kamp pengungsi Nusseirat, di sebuah rumah sakit di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Ahad (22/10/2023). Dilansir Reuters, serangan udara Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 4.651 warga Palestina meninggal dunia, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang jurnalis Reuters yang tewas dalam serangan di dekat perbatasan Israel-Lebanon menjadi sasaran bersama enam pekerja media lainnya yang terluka dalam serangan tersebut. Jurnalis video Issam Abdallah (37 tahun) terbunuh di Lebanon selatan pada 13 Oktober saat meliput pertempuran antara militer Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon.

Enam jurnalis lainnya, termasuk juru kamera Aljazirah, Elie Brakhia dan reporter Carmen Joukhadar, terluka ketika dua butir amunisi menghantam desa Alma al-Shaab secara berurutan. Reporters Without Borders (RSF) mengatakan, hasil awal penyelidikan berdasarkan analisis rekaman video dan balistik menunjukkan, Israel telah menargetkan jurnalis.

Baca Juga

“Dua serangan di tempat yang sama dalam waktu singkat (hanya lebih dari 30 detik), dari arah yang sama, jelas menunjukkan sasaran yang tepat,” kata RSF pada Ahad, (29/10/2023), dilaporkan Aljazirah.

“Tidak mungkin jurnalis disalahartikan sebagai kombatan, terutama karena mereka tidak bersembunyi: untuk mendapatkan pandangan yang jelas, mereka telah berada di tempat terbuka selama lebih dari satu jam, di puncak bukit. Mereka mengenakan helm dan rompi antipeluru bertanda 'Press'. Mobil mereka juga diidentifikasi sebagai 'Press'," kata RSF.

Meskipun RSF tidak secara langsung menyatakan tanggung jawab kepada Israel, organisasi advokasi kebebasan pers mengatakan, para jurnalis telah menyaksikan helikopter militer Israel di dekat lokasi kejadian dan serangan tersebut datang dari arah perbatasan Israel. Jaringan media Aljazirah menuduh militer Israel sengaja menargetkan para jurnalis untuk membungkam media. Aljazirah mengutuk serangan tersebut sebagai bagian dari pola kekejaman berulang Israel terhadap jurnalis.

Militer Israel belum mengakui tanggung jawab atas serangan tersebut. Namun seorang juru bicara militer Israel sebelumnya mengatakan, para pejabat sangat menyesal atas kematian Abdallah dan sedang menyelidikinya.

Pekan lalu, istri, putra, putri dan cucu Kepala Biro Aljazirah Arab di Gaza, Wael Dahdouh, gugur dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Jaringan media Aljazirah mengutuk penargetan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza, yang telah menyebabkan hilangnya keluarga Wael Al-Dahdouh dan banyak orang lainnya.

Pejabat Israel awal tahun ini meminta maaf karena membunuh jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh setelah mengakui ada “kemungkinan besar” dia terkena peluru tentara Israel. Israel menolak mengajukan tuntutan terhadap siapa pun atas kematian reporter veteran Palestina-Amerika tersebut.

Setidaknya 34 jurnalis Palestina telah gugur dalam serangan udara Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Setidaknya empat jurnalis Israel tewas dan satu pensiunan jurnalis ditangkap dalam serangan mengejutkan Hamas terhadap komunitas di Israel selatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement