Rabu 01 Nov 2023 18:11 WIB

Enam Hal yang Bisa Mengeraskan Hati

Salah satu penyebab hati keras adalah makan berlebihan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Enam Hal yang Bisa Mengeraskan Hati. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Enam Hal yang Bisa Mengeraskan Hati. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda tentang hati:

Awas, di dalam tubuh ada sepotong daging; jika sehat, maka seluruh tubuh sehat dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuh, dan dengarkanlah. Itu adalah hati. (Shahih Muslim).

Baca Juga

Dari hadits di atas jelas bahwa kita harus menjadikan prioritas kita untuk terus-menerus memeriksa kekerasan hati kita. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖ ۗفَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Maka, apakah orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka, celakalah mereka yang hatinya membatu dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (Az Zumar ayat 22).

Ketika hati kita mengeras, menjadi sangat sulit untuk beribadah kepada Allah. Bahkan, shalat minimal lima waktu pun terasa sulit. 

Dan semakin kita membiarkannya dalam keadaan seperti itu, semakin sulit jadinya. Kita tidak merasakan apa-apa ketika ayat-ayat Alquran dibacakan, ketika kita mendengarkan ceramah Islam tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang menyentuh hati kita.

Tak terasa kami menangis melihat kemalangan saudara-saudara kami. Dan jika kita membiarkan hati kita dalam keadaan ini cukup lama, maka hati kita akan segera mati, semoga Allah menyelamatkan kita dari musibah seperti itu.

Berikut beberapa hal yang mengeraskan hati.

Pertama, dosa

Nabi berkata, Ketika seorang mukmin berbuat dosa, timbul noda hitam di hatinya. Jika dia bertobat dan meninggalkan dosanya serta memohon ampun, maka hatinya akan terpoles. Tetapi jika (dosanya) bertambah, (titik hitamnya) bertambah. Itulah Ran yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya: “Tidak! Namun di dalam hati mereka terdapat Ran (menutupi dosa dan keburukan) yang biasa mereka usahakan (Ibnu Majah).

Semakin banyak dosa yang dilakukan, semakin keras hati, dan semakin sulit rasanya untuk berhenti. Kita harus segera bertobat dan berdoa memohon petunjuk.

Kedua, bercanda dan tertawa berlebihan

Kepribadian Muslim itu santai. Muslim bukanlah individu pemurung yang selalu cemberut pada orang lain. Setiap muslim tertawa dan bercanda, tetapi selalu menjaga sikap tidak berlebihan.

Nabi berkata, tertawalah sedikit. Banyak tawa membunuh hati (Al Adab Al Mufrad).

Terlalu banyak bercanda membuat hati kita menjauh dari kesadaran akan Yang Gaib, dari realitas kematian dan kehidupan setelahnya.

Nabi berkata, Seandainya kamu mengetahui apa yang Aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis (Al Bukhari).

Ketiga, bergosip sia-sia secara berlebihan tanpa menyebut Allah

Nabi berkata, Jangan terlalu banyak bicara kecuali saat mengingat Allah. Berbicara berlebihan tanpa mengingat Allah akan mengeraskan hati; dan orang-orang yang paling jauh dari Allah adalah orang-orang yang hatinya keras (At Tirmidzi).

Keempat, makan berlebihan

Nabi berkata, orang beriman makan dalam satu usus (puas dengan sedikit makanan), dan orang kafir (kafir) atau munafik makan dalam tujuh usus (makan terlalu banyak) (Al Bukhari).

Ketika perut kita terlalu banyak bekerja, sulit untuk berkonsentrasi pada hati kita. Terlalu banyak makan melemahkan metabolisme tubuh kita, membuat kita malas dan juga merupakan awal dari berbagai macam penyakit fisik. Ini juga merupakan wujud keserakahan dan kecintaan terhadap dunia. 

Kelima, Asyik dengan dunia

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ 

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi (Al Munafiqun ayat 9).

Kekayaan dan anak-anak adalah dua pengalih perhatian yang paling ampuh bagi manusia, dan itulah sebabnya Allah menetapkan keduanya dalam ayat di atas. Faktanya, segala sesuatu dalam hidup ini yang cenderung mengalihkan perhatian kita dan menyibukkan pikiran kita akan menjauhkan kita dari Allah.

Dua serigala kelaparan yang dikirim ke tengah-tengah kawanan domba tidak lebih merusak mereka daripada keserakahan seseorang akan kekayaan dan ketenaran terhadap Dien-nya (Tirmidzi).

Enam, meninggalkan sunnah

Amalan Rasulullah, selain wajib, adalah cara terbaik untuk mencapai keridhaan Allah. Tidak ada seorang pun di antara kita yang mengenal Allah lebih baik daripada Nabi, dan cara beliau beribadah kepada Allah adalah yang terbaik.

Dengan demikian, meninggalkan amalan Nabi merupakan tanda kurangnya semangat kita dalam mencari keridhaan Allah dan kurangnya rasa cinta kepada Nabi. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

Berlombalah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang lebarnya (luasnya) selebar langit dan bumi, yang telah disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang dianugerahkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah adalah Pemilik karunia yang agung (Al Hadid ayat 21).

Kalau kita sehari-hari mengabaikan sunnah, kita pasti tidak berlomba menuju Allah, mungkin kita merangkak seperti siput.

Disebutkan dalam hadits Qudsi bahwa Allah berfirman, Hal yang paling dicintai hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah apa yang Aku perintahkan kepadanya; dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan Nawafil hingga Aku mencintainya (Al Bukhari).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement