REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Suhu udara panas menyengat kembali melanda wilayah Majalengka, Cirebon dan Indramayu. Bahkan, dalam lima hari berturut-turut, suhu udara di wilayah tersebut menduduki peringkat tertinggi di Indonesia.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil pemantauan 20 Stasiun BMKG di seluruh Indonesia. Pada 26 – 31 Oktober 2023, suhu maksimum yang tercatat oleh BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati Kabupaten Majalengka tercatat paling tinggi dibandingkan stasiun BMKG lainnya di Indonesia.
Plt Kepala Stasiun BMKG Kertajati Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, menyebutkan, pada 26 Oktober, suhu udara maksimum yang tercatat di BMKG Majalengka mencapai 38,8 derajat celcius.
Selanjutnya, pada 27 Oktober tercatat 38,3 derajat Celcius, pada 28 Oktober mencapai 39,3 derajat Celcius, pada 29 Oktober mencapai 39,4 derajat Celcius, pada 30 Oktober tercatat 38,4 derajat Celcius, dan 31 Oktober tercatat 38,8 derajat Celcius.
‘’(Suhu udara maksimum) pada 26 – 31 Oktober 2023 di BMKG Majalengka itu merupakan yang tertinggi di Indonesia,’’ terang pria yang akrab disapa Faiz tersebut, kepada Republika, Rabu (1/11/2023).
Faiz menyebutkan, titik pengamatan suhu udara itu dilakukan di Kabupaten Majalengka. Namun, hal itu bisa mewakili juga daerah sekitarnya, yakni Kabupaten Indramayu dan Cirebon.
Tak hanya kali ini, suhu udara maksimum di Majalengka sebelumnya juga menduduki peringkat pertama se-Indonesia pada 9 Oktober 2023. Yakni, mencapai 38,7 derajat celcius.
Beberapa hari kemudian, suhu udara di Majalengka sempat turun. Bahkan, hujan pendahuluan sempat mengguyur sejumlah wilayah. Namun memasuki pekan terakhir Oktober, suhu udara kembali panas menyengat dan tercatat tertinggi di Indonesia.
Faiz menjelaskan, peningkatan suhu udara saat ini disebabkan wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) masih berada di musim kemarau dan menjelang masa pancaroba. Selain itu, cuaca cenderung cerah dengan tutupan awan yang sedikit, terutama pada siang hari.
‘’Kelembapan udara juga cenderung rendah pada siang hari, sehingga terasa kering di permukaan kulit,’’ kata Faiz.
Faiz menambahkan, posisi gerak semu tahunan matahari pada September hingga November juga menuju selatan ekuator. Dengan demikian, pemanasan maksimal dan suhu udara menjadi panas pada wilayah Indonesia.
‘’Hal itu juga didukung adanya faktor lokal berupa angin kumbang dari Gunung Ciremai yang menyebabkan suhu udara maksimum di Wilayah Ciayumajakuning,’’ tukas Faiz.