REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad dikenal sebagai teladan yang penuh inspirasi. Meski berbeda keyakinan, Nabi Muhammad tetap mengapresiasi penganut keyakinan lain, seperti orang Yahudi.
Sejarawan mencatat relasi yang berlangsung antara Nabi Muhammad SAW dan orang-orang Yahudi di Madinah selama dua tahun pertama sejak awal hijrah, yakni sebelum Perang Badar terjadi. Perang Badar sendiri terjadi pada tahun 624 Masehi.
Dalam buku “Nabi Muhammad & Yahudi Madinah” terbitan alvabet, dosen sejarah dan peradaban Islam di Fakultas Adab Universitas al-Malik as-Sa’ud Riyadh, Muhammad bin Faris al-Jamil menjelaskan, Rasulullah sampai di Quba’ di pinggiran kota Yatsrib (Madinah) pada Rabiul Awal tahun pertama Hijrah yang bertepatan dengan 622 M.
Berdasarkan beberapa riwayat, menurut Faris, kontak pertama antara Nabi Muhammad dan orang-orang Yahudi terjadi sebelum beliau berangkat ke Madinah, tepatnya di Quba’.
Dari Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm; Ibnu Ishaq meriwayatkan kesaksian Shafiyah binti Huyay bin Akhthab (Istri Nabi dari keturunan Yahudi) mengenai kontak pertama antara Nabi dengan orang-orang Yahudi. Shafiyah mengungkapkan:
“Ketika Rasulullah datang ke Madinah, beliau singgah di Quba’ di tempat Bani Amr bin Auf. Ayahku, Huyay bin Akhthab dan pamanku, Abu Yasir bin Akhtab, mendatanginya pagi-pagi dengan mengenakan selimut penutup dan baru kembali saat matahari terbenam. Mereka pulang dalam keadaan lelah, lesu, dan lemas. Mereka berjalan gontai. Aku menyambut keduanya dengan ceria seperti biasa tetapi, demi Allah, tak satupun dari mereka menoleh kepadaku. Keduanya terlihat menanggung kesusahan. Lalu kudengar pamanku bertanya kepada ayahku:
“Apakah benar dia orangnya?” Ayahku menjawab, “Iya, demi Tuhan”.
“Apakah kamu mengenalnya,” pamanku kembali bertanya. “Iya,” jawab ayahku.
“Lalu bagaimana sikapmu?” Tanya paman lagi.
Ayah pun menjawab, “Demi Tuhan, aku akan memusuhinya selama masih hidup.”,”
Di antara yang memperkuat riwayat Shafiyah mengenai permusuhan ayahnya terhadap Nabi Muhammad adalah laporan Urwah bin az-Zubair, bahwa orang Yahudi pertama yang mendatangi Rasulullah adalah Abu Yasir bin Akhthab.
Setelah pulang, Urwah mendengarnya berseru kepada kaumnya, “Percayalah kepadaku, inilah nabi yang kita tunggu-tunggu.” Namun saudaranya, Huyay inilah yang disegani kaumnya. Dia dikuasai setan, sehingga alih-alih mengindahkan seruan Abu Yasir, mereka malah mengikuti perkataan Huyay.”
Namun, terlepas dari perbedaan berbagai riwayat tentang orang Yahudi pertama yang mendatangi Rasulullah, apakah Abu Yasir bin Akhthab atau saudaranya, Huyay, isi perjumpaan itu dan akibat yang ditimbulkannya tidak berbeda, yakni pada akhirnya mereka tidak mengakui kenabian Muhammad, mendustakan, dan memusuhinya.