REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza telah merilis nama-nama hampir 7.000 warga Gaza yang gugur akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. Nama-nama ini dirilis sehari setelah Presiden AS Joe Biden mencoba meragukan jumlah korban jiwa di Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, sedikitnya 7.028 orang tewas di Gaza sejak serangan Israel di jalur yang terkepung dimulai dua pekan lalu. Daftar yang dirilis memuat nama 6.747 korban, termasuk jenis kelamin, usia, dan nomor kartu identitas.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa 281 jenazah belum teridentifikasi. Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Amerika Serikat dengan berani meragukan kebenaran jumlah korban yang diumumkan.
"Kami telah memutuskan mengumumkan perincian nama-nama tersebut ke seluruh dunia sehingga kebenaran tentang genosida yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap rakyat kami diketahui," demikian pernyataan Kemenkes Palestina di Gaza, dilansir The New Arab, Rabu (1/11/2023).
Presiden AS Joe Biden sebelumnya menyampaikan dia tidak percaya pada angka kematian yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina. "Apa yang mereka katakan kepada saya adalah saya tidak punya dugaan bahwa orang-orang Palestina mengatakan kebenaran tentang berapa banyak orang yang terbunuh. Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh, dan itu adalah harga dari perang yang mereka lakukan," kata Biden.
Israel telah sepenuhnya memblokir perbatasan Gaza, melarang masuknya jurnalis asing dan relawan kemanusiaan. PBB dan lembaga serta pakar internasional lainnya, serta Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah di Tepi Barat, mengatakan Kemenkes Gaza telah lama melakukan upaya dengan itikad baik untuk memperhitungkan korban yang gugur dalam situasi yang sulit.
Kementerian ini terdiri dari pegawai negeri non-partisan dan profesional kesehatan dan stafnya dipekerjakan oleh Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah. "Angka-angka tersebut mungkin tidak sepenuhnya akurat setiap menitnya. Tetapi sebagian besarnya mencerminkan tingkat kematian dan cedera," kata Michael Ryan, dari Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia.
Dalam perang-perang sebelumnya, penghitungan yang dilakukan kementerian tersebut bergantung pada pengawasan PBB, penyelidikan independen, dan bahkan perhitungan Israel.