Jumat 03 Nov 2023 16:55 WIB

Masjid di Prancis Barat Terima Surat Ancaman Pembakaran

Islamofobia memang semakin menguat di Prancis.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Seorang polisi berjaga di depan masjid di Paris, Prancis.
Foto: Reuters
Seorang polisi berjaga di depan masjid di Paris, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, NANTES -- Sebuah masjid di kota Nantes, Prancis bagian barat, menerima surat ancaman yang menyasar populasi Muslim di negara itu, media setempat melaporkan pada hari Kamis (2/11/2023). Islamofobia memang semakin menguat di Prancis, di tengah pembungkaman para pemimpin politik atas suara umat Islam, demikian peringatan anggota parlemen Prancis, Sabrina Sebaihi

Surat ancaman ke sebuah masjid di Nantes, itu menurut outlet berita Cerfia, ditandatangani oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya, Friends of Charles Martel, seorang pemimpin militer dan politik Prancis yang terkenal pada abad ke-8. 

Baca Juga

"Kami akan membakar sekolah-sekolah Alquran Anda, masjid-masjid Anda, bisnis-bisnis Anda, lingkungan Anda, kota-kota Anda, dan kami akan mengusir Anda dari Prancis," tulis surat ancaman tersebut.

Dalam perkembangan terkait, anggota parlemen Sabrina Sebaihi dari partai Europe Ecology - The Greens (EELV), membela kelompok Islam di X. Dia bertanya kepada Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin apakah dia mengutuk insiden Islamophobia tersebut dan apa langkah polisi Prancis untuk mengatasinya.

"Islamofobia semakin menguat, terutama dalam beberapa minggu terakhir dan dalam kebungkaman para pemimpin politik," katanya. 

Ancaman dari kelompok anti-Islam dan Islamophobia seperti ini bukan kali pertama dialamatkan ke masjid-masjid di Eropa. Sebelumnya surat berisi ancaman anti-Muslim juga pernah dikirim ke tiga masjid di Jerman.

Persatuan Turki-Islam untuk Urusan Agama (DITIB), yang mengelola tiga masjid di barat laut Jerman, mengutuk insiden rasis tersebut dan meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan terhadap Islamofobia.

"Tindakan keji ini sangat menyedihkan bagi kami dan para tetangga," ujar ketua asosiasi masjid DITIB di Bochum, Castrop-Rauxel, dan Recklinghausen dalam sebuah pernyataan bersama.

"Kami khawatir. Kelanjutan dari serangan serupa akan menimbulkan kekhawatiran serius di masyarakat. Pelaku harus ditangkap dan diadili sesegera mungkin," kata mereka.

Paket-paket yang dikirim ke masjid-masjid di tiga kota tersebut berisi pesan-pesan rasis, halaman-halaman Alquran yang dibakar, kitab suci umat Islam, daging babi, dan tinja, menurut para pejabat.

Jerman menghadapi peningkatan rasisme dan kekerasan anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda partai-partai dan gerakan-gerakan politik sayap kanan.

Pada paruh pertama tahun 2023, polisi mencatat 258 kejahatan anti-Muslim, termasuk serangan terhadap masjid, kasus-kasus penganiayaan, dan surat-surat ancaman.

Sebagai negara berpenduduk lebih dari 84 juta jiwa, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Menurut data resmi, ada lebih dari 5 juta Muslim di negara ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement