REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkan Anda bercerita tentang apa yang dialami sepanjang hari, tetapi suami atau istri hanya diam dengan tatapan kosong. Hal ini tak jarang terjadi dalam sebuah hubungan.
Akibatnya, salah satu pihak dapat merasa bahwa dirinya tidak didengarkan. Mungkin hal demikian akan semakin membuat frustrasi jika terjadi setiap hari.
Banyak orang terkadang bingung dan bertanya-tanya, apakah dia sudah melakukan kesalahan, ataukah pasangan sudah kehilangan minat. Sebagian berpikir tak perlu memusingkannya dan menganggap itu hanya sementara.
Untuk meningkatkan kemungkinan komunikasi dapat dikembalikan ke jalur dua arah, pakar psikologi Susan Krauss Whitbourne membagikan beberapa cara yang bisa dicoba. Akan tetapi, Whitbourne juga mengingatkan kemungkinan bahwa pasangan barang kali juga tengah menghadapi stresnya sendiri.
Seseorang mungkin menceritakan dengan sangat rinci semua peristiwa (tidak menyenangkan) dalam sehari pada pasangannya, tanpa menyadari pasangannya juga mengalami hal tak enak seharian. Karena itu, beri juga mereka kesempatan untuk mengekspresikan diri.
Whitbourne yang merupakan profesor emerita ilmu psikologi dan otak di Universitas Massachusetts Amherst, Amerika Serikat, lantas menyarankan agar seseorang, melalui bahasa tubuh dan pertanyaan responsif, menunjukkan bahwa apa yang dikatakan pasangan penting baginya. "Daripada bertanya, 'Mengapa kamu tidak mendengarkan saya?' lebih baik tanyakan, 'Bagaimana perasaanmu tentang semua itu?'," ungkap Whitbourne.
Beberapa saran berikut bisa mendorong dialog restoratif dengan pasangan, dikutip dari laman Psychology Today, Jumat (3/11/2023):
1. Bangun asosiasi positif
Seseorang perlu membangun asosiasi positif terkait obrolan dengan pasangan, yaitu kesan bahwa berbincang dan membicarakan pengalaman masing-masing adalah hal menyenangkan. Dengan berupaya menciptakan asosiasi positif dengan pasangan, kedua belah pihak akan lebih mungkin mengubah interaksi menjadi hubungan dua arah.
2. Periksa perilaku nonverbal
Whitbourne yang menulis buku The Search for Fulfillment mengatakan bahwa bahasa tubuh merupakan kontributor penting terkait reaksi pasangan terhadap seseorang. Pastikan Anda tersenyum, mencondongkan tubuh ke arah pasangan, dan menyentuh pasangan saat akan membuka obrolan.
3. Jangan overthinking
Terlalu memikirkan banyak hal yang 'kejauhan' seringnya merugikan diri sendiri. Misalnya, terlalu mengkhawatirkan apakah pasangan benar-benar mendengarkan atau tidak, yang dapat memancarkan bahasa tubuh yang bernuansa negatif secara tidak sengaja.
4. Atasi masalah keterikatan Pasangan Anda mungkin mendengarkan lebih dari yang dikira, tetapi Anda tidak menyadarinya. Lebih baik, mengatasi masalah keterikatan dalam relasi dengan cara tidak mencurigai secara terus-menerus bahwa pasangan tidak mendengarkan. Sebab, kecurigaan bisa jadi tanda rasa percaya yang rendah dan memicu asosiasi negatif.
5. Jadilah sukar ditebak
Untuk menghadapi pasangan yang terkadang seperti tak mendengarkan, Whitbourne menyarankan menjadi sosok yang sukar ditebak. Jangan membicarakan topik yang monoton atau bahan pembicaraan yang sama di setiap kesempatan. Temukan cara untuk membangun asosiasi positif melalui aktivitas yang saling menyenangkan, dan ini bisa menjadi topik percakapan yang baru dan lebih menarik.