REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Berbagai pihak mengecam langkah Israel yang dengan sengaja mengebom sebuah konvoi ambulans yang mengangkut tim medis dan warga sipil terluka pada Jumat (3/11/2023). Mantan menteri keuangan Yunani Yanis Varoufakis menilai serangan Israel terhadap ambulans 'merupakan kejahatan perang, karena melanggar Konvensi Jenewa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa ia sangat terkejut dengan laporan serangan terhadap ambulans yang sedang mengevakuasi pasien. Ia menambahkan bahwa pasien, petugas kesehatan, dan fasilitas medis harus dilindungi dalam kondisi peperangan.
Kecaman yang sama disampaikan Masyarakat Bulan Sabit Merah yang mengutuk penargetan konvoi ambulans di Gaza oleh pasukan Israel. Namun pihak Israel berkilah dengan mengatakan militernya menargetkan sebuah ambulans yang digunakan oleh pejuang Hamas di dekat al-Shifa.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi dan menyerang sebuah ambulans yang "digunakan oleh sel teroris Hamas". Dikatakan bahwa para pejuang Hamas tewas dalam serangan tersebut, dan menuduh kelompok itu memindahkan militan dan senjata dengan ambulans.
Sebelumnya sebuah serangan udara Israel terhadap Konvoi ambulans pada Jumat (3/11/2023), yang digunakan untuk mengevakuasi korban luka-luka dari Gaza utara yang terkepung. Serangan Israel pada konvoi ambulans ini menewaskan 15 orang dan melukai 60 orang lainnya, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Pejabat Hamas, Izzat El Reshiq, mengatakan bahwa tuduhan bahwa para pejuangnya berada di sana "tidak berdasar". Juru bicara kementerian kesehatan Palestina, Ashraf al-Qedra, mengatakan ambulans tersebut merupakan bagian dari konvoi yang ditargetkan Israel di dekat Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza.
Qedra mengatakan Israel telah menargetkan konvoi ambulans di lebih dari satu lokasi, termasuk di gerbang Rumah Sakit al-Shifa dan di Lapangan Ansar yang berjarak satu kilometer (0,6 mil).
Dalam sebuah pernyataan mengenai insiden tersebut, militer Israel tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya bahwa ambulans tersebut terkait dengan Hamas. Namun Israel mengatakan bahwa mereka berniat untuk merilis informasi tambahan.
"Kami menekankan bahwa daerah ini adalah zona pertempuran. Warga sipil di daerah tersebut berulang kali diminta untuk mengungsi ke arah selatan demi keselamatan mereka," kata pihak militer Israel.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen keterangan kedua belah pihak. Video yang dibagikan di media sosial, yang telah diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan orang-orang yang tergeletak berlumuran darah di samping ambulans dengan lampu yang berkedip-kedip di sebuah jalan kota ketika orang-orang bergegas untuk menolong.
Video lain menunjukkan tiga ambulans berdiri dalam satu barisan, dengan sekitar selusin orang tergeletak tak bergerak atau nyaris tak bisa bergerak di sampingnya. Darah tergenang di dekatnya.
Sebelumnya pada hari Jumat, Qedra mengatakan ambulans akan mengirim warga Palestina yang terluka kritis yang perlu segera dibawa ke Mesir untuk dirawat dari Kota Gaza yang terkepung di sebelah selatan daerah kantong.
Israel, yang menuduh Hamas menyembunyikan pusat komando dan pintu masuk terowongan di rumah sakit al-Shifa, memerintahkan semua warga sipil untuk meninggalkan utara Gaza bulan lalu dan militernya mengepung daerah tersebut pada hari Kamis.
Meski telah memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan wilayah utara Gaza, militer Israel terus membombardir wilayah selatan jalur tersebut. Hamas dan pihak berwenang rumah sakit al-Shifa membantah bahwa fasilitas tersebut digunakan sebagai markas oleh para pejuang militan.
Hingga sebulan konflik Israel-Hamas usai serangan 7 Oktober lalu, sedikitnya 9.227 warga Palestina telah gugur. Dan Lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di Israel.