Oleh: Affan Ramli, Pengajar Pedagogi Kritis, Alumnus Internasional Islamic Universiti Malaysia (IIUM)
Di seluruh negara Timur Tengah, kecuali Arab Saudi, rakyat yang mendukung Palestina sudah melakukan demonstrasi protes jalanan. Massa menyerang beberapa kantor Kedutaan Besar Israel dan Amerika Serikat di negara-negara tetangga Palestina. Menuntut perang Israel atas Gaza dihentikan dan Palestina harus segera dimerdekakan dari Israel.
Di tengah pengeboman massif Israel atas fasilitas masyarakat sipil penduduk Gaza, Muslim Indonesia berharap Hamas dapat bantuan militer dari raja-raja Arab teluk dan kepala beberapa negara Arab tetangga Palestina. Seperti Yordania, Mesir, Arab Saudi, Libanon, Irak dan Suriah.
Sialnya, harapan itu berujung kecewa. Raja-raja Arab teluk kaya minyak tak memiliki keberanian menghadapi Israel. Sikap Uni Emirat Arab yang menjinak dapat dimaklumi, karena negara itu sudah menandatangani perjanjian damai atau normalisasi hubungan dengan Israel.
Tetapi kenapa Qatar, Kuwait, Oman, dan Saudi juga tidak memiliki keberanian lebih menghadapi Israel? Jika tak berani mengirim pasukan dan peralatan militer membantu Palestina, setidaknya para pemimpin Arab teluk dapat membatalkan perdagangan minyak dengan Israel dan negara-negara Barat pendukung Israel. Boikot minyak padahal, terbukti menjadi senjata penting, andal, dan efektif.
Mestinya, umat Islam di Indonesia tidak perlu kecewa. Harus disadari, harapan seperti itu telah dibangun atas ketidaktahuan atau kebodohan kita tentang perkembangan peta geo-politik (geopol) Timur Tengah dalam dua dekade terakhir. Ada banyak perkembangan baru di Timur Tengah, terutama sejak musim semi Arab (arab Spring) bergulir, hingga perang internal di Libya, Suriah, Yaman, dan Sudan.