Rabu 08 Nov 2023 06:12 WIB

Biden Minta ke Netanyahu Hentikan Menggempur Gaza Selama Tiga Hari untuk Bebaskan Sandera

PM Israel Benjamin Netanyahu tetap menolak seruan gencatan senjata di Gaza.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara  dengan Presiden AS Joe Biden saat bertemu di Tel Aviv., Rabu, 18 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Joe Biden saat bertemu di Tel Aviv., Rabu, 18 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah panggilan telepon pada Senin (6/11/2023), bahwa jeda pertempuran selama tiga hari dapat membantu mengamankan pembebasan beberapa sandera, Axios melaporkan pada Selasa (7/11/2023), mengutip dua pejabat AS dan Israel.

Mengutip pejabat AS, Axios melaporkan bahwa di bawah proposal yang sedang dibahas antara AS, Israel dan Qatar, Hamas akan membebaskan 10-15 sandera dan menggunakan jeda waktu tersebut untuk memverifikasi identitas semua sandera dan menyerahkan daftar nama-nama orang yang ditawan.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Gedung Putih mengatakan bahwa Biden dan Netanyahu membahas "kemungkinan jeda taktis untuk memberikan kesempatan kepada warga sipil mengungsi. Alasan AS agar warga Gaza dapat meninggalkan daerah pertempuran yang sedang berlangsung dengan aman.

"Untuk memastikan bantuan sampai kepada warga sipil yang membutuhkan, dan untuk memungkinkan pembebasan sandera," dalam keterangan tersebut.

Dalam kesempatan sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sekali lagi menolak seruan gencatan senjata di Gaza. Sedangkan jumlah korban jiwa Palestina dalam serangan Israel telah melampaui 10.000 orang.

"Gencatan senjata akan menjadi penyerahan diri kepada Hamas, itu akan menjadi kemenangan bagi Hamas," kata Netanyahu kepada ABC news dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin malam.

"Tidak akan ada gencatan senjata, gencatan senjata secara umum, di Gaza tanpa pembebasan para sandera kami," ujarnya ketika ditanya mengenai kemungkinan adanya jeda kemanusiaan.

"Sejauh jeda taktis, satu jam di sini, satu jam di sana. Kami telah memilikinya sebelumnya, saya kira, akan memeriksa keadaan untuk memungkinkan barang, barang kemanusiaan masuk, atau sandera kami, sandera individu untuk pergi. Namun saya kira tidak akan ada gencatan senjata secara umum," ujar perdana menteri Israel itu.

Dia mengklaim bahwa gencatan senjata "akan menghambat upaya perang" dan upaya pemerintahnya untuk membebaskan para sandera dari Gaza.

Kelompok Palestina Hamas, yang melakukan serangan lintas batas sebulan yang lalu, mengatakan bahwa mereka menahan lebih dari 200 orang, termasuk tentara Israel dan warga sipil. Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak saat itu.

Sedikitnya 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita, telah terbunuh di daerah kantong tersebut sejak saat itu. Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Israel hampir mencapai 1.600 orang, menurut angka resmi.

Kepala PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan pada hari Senin mengatakan, "Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak" karena ratusan anak perempuan dan laki-laki terbunuh atau terluka setiap hari. 

Ia mengulangi seruannya untuk gencatan senjata kemanusiaan, lebih banyak bantuan untuk Gaza, pembebasan tanpa syarat bagi para sandera yang ditahan oleh Hamas, dan perlindungan bagi warga sipil, rumah sakit, fasilitas PBB, tempat penampungan, dan sekolah-sekolah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement