REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri financial technology (fintech) syariah optimis bisnisnya tetap bisa tumbuh hingga 30 persen pada tahun politik. Meski tidak dipungkiri, kondisi tersebut akan memengaruhi kinerja industri.
"Secara keseluruhan ada pengaruhnya. Pastinya tahun politik investor akan menahan uang, karena serba tidak pasti," ujar Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah (AFSI) Ronald Yusuf Wijaya saat ditanya Republika di konferensi pers Bulan Fintech Nasional di Jakarta, Jumat (10/11/2023).
Walau begitu, kata dia, proyek yang digarap fintech syariah selalu ada. Itu karena, ekonomi tetap harus bertumbuh pada tahun politik.
Apalagi, sambungnya, industri fintech masih kecil, sehingga kesempatan tumbuhnya lebih luas. Kendati akan sedikit tertahan.
"Secara data asosiasi (tahun ini) fintech keseluruhan tumbuh 20 persen. Kalau fintech syariah sekitar 30 persen," ungkap dia.
Tahun depan saat pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres), ia memproyeksikan konsumsi bakal tumbuh. Dirinya pun optimis bisnis fintech syariah dapat tumbuh 30 persen pula pada 2024.
"Karena banyak amplop dan sebagainya. Itu membantu buat meningkatkan konsumsi, tinggal bagaimana sebagai fintech pintar-pintar cari industri paling pas," jelas Ronald.