REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Bayi-bayi di Gaza dalam keadaan gawat. Sebanyak dua bayi baru lahir meninggal dunia dan puluhan lainnya dalam kondisi berisiko karena pemadaman listrik di tengah serangan udara Israel di dekat rumah sakit.
Berbicara dari dalam rumah sakit terbesar Gaza Al-Shifa, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra mengatakan, total ada 45 bayi dan dua diantaranya sudah meninggal. Sebelumnya militer Israel menyatakan ingin membantu evakuasi bayi-bayi yang ada di dalam rumah sakit.
"Kami belum diberitahu tentang mekanisme apa pun untuk membawa bayi-bayi tersebut ke rumah sakit yang lebih aman. Sejauh ini kami berdoa untuk keselamatan mereka dan tidak kehilangan lebih banyak bayi," kata Al-Qidra menanggapi evakuasi tersebut.
Sedangkan di Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya di Jalur Gaza utara, seorang bayi laki-laki, Mosab Subeih, dilarikan dari sebuah rumah yang terkena rudal Israel. “Dia mengalami cedera langsung di kepala dan pendarahan, dan kami tidak menjalani operasi,” kata salah satu petugas medis yang merawatnya dengan resusitasi manual karena aliran listrik padam.
Sedangkan Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, bahwa bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Quds di Gaza menderita dehidrasi. “Bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Quds menderita dehidrasi karena kekurangan ASI,” tulis organisasi hak asasi manusia itu dikutip dari Anadolu Agency.
Organisasi itu menyatakan, staf medis di rumah sakit tersebut bekerja sepanjang waktu meskipun terjadi pemadaman listrik dan serangan udara Israel yang intens di sekitarnya. Presiden Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) Francesco Rocca mendesak komunitas internasional untuk menyelamatkan bayi di Gaza.
"Cukup! Bagaimana masyarakat internasional bisa menerima situasi di Gaza? Bayi di inkubator dan pasien di ICU berisiko hidup di rumah sakit Al-Quds," ujar Rocca menulis di media sosial X.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza termasuk rumah sakit, tempat tinggal, dan rumah ibadah sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober. Setidaknya 11.078 warga Palestina terbunuh, termasuk 4.506 anak-anak dan 3.027 perempuan.