REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memberikan lampu hijau pada tes pertama untuk klamidia dan gonore yang memungkinkan pengguna mengumpulkan sampel di rumah. Setelah HIV, ini adalah tes pertama yang disetujui FDA yang memungkinkan pengumpulan infeksi menular seksual di rumah lebih mudah diakses.
Tes Simple 2 yang dibuat oleh LetsGetChecked yang berbasis di New York dan Dublin, mendapat otorisasi pasar FDA pada Rabu. Hingga saat ini, orang yang khawatir terkena klamidia atau gonore harus menjalani tes di dokter.
Pengguna tes baru ini tidak memerlukan resep dan dapat mengaktifkannya secara daring. Mereka mengisi kuesioner kesehatan untuk diperiksa oleh dokter, mengumpulkan sampel usap vagina atau urin menggunakan alat pengumpul Simple 2 dan mengirimkannya untuk dievaluasi.
Hasil tes dikirimkan secara daring. Jika tesnya positif atau hasilnya tidak valid, penyedia layanan kesehatan akan menindaklanjutinya.
“Otorisasi ini menandai tonggak penting kesehatan masyarakat karena memberikan pasien lebih banyak informasi tentang kesehatan mereka dari privasi rumah mereka sendiri,” kata direktur Pusat Perangkat dan Kesehatan Radiologi FDA dr. Jeff Shuren, dilansir CNN, Kamis (16/11/2023).
Tes diagnostik di rumah telah menjadi pilihan yang lebih banyak digunakan selama pandemi Covid-19. Shuren mengatakan FDA sangat ingin mendukung lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap tes diagnostik di rumah.
"Tes ini akan memberdayakan individu untuk secara proaktif mengelola kesehatan mereka dari rumah. Kami sangat menghargai kolaborasi FDA selama proses ini," ujar pendiri dan CEO LetsGetChecked Peter Foley.
Gonore dan klamidia adalah penyakit menular yang dapat ditularkan dari satu pasangan ke pasangan lainnya melalui hubungan seks oral, anal, dan vagina tanpa kondom. Kedua infeksi tersebut dapat diobati dengan antibiotik.
Penyebaran kedua penyakit itu meningkat di seluruh dunia karena meningkatnya aktivitas seksual selama pandemi.
Ada lebih dari 700 ribu kasus gonore yang dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada tahun 2021. Angka tersebut telah meningkat 118 persen sejak rekor terendah pada tahun 2009.
Gejala gonore dapat berupa nyeri perut atau panggul, peningkatan keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan pendarahan di antara periode menstruasi. Banyak orang tidak menyadari gejala sehingga pemeriksaan rutin penting untuk mendeteksi infeksi.
Tanpa pengobatan, infeksi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan permanen. Jika menyebar ke darah, dapat menyebabkan infeksi gonokokus yang menyebar luas yang dapat menyebabkan radang sendi, masalah kulit, dan tenosinovitis.
Selain itu, kasus klamidia juga meningkat. Pada tahun 2021, ada lebih dari 1,6 juta kasus yang dilaporkan dan menjadikannya infeksi menular seksual paling umum di AS. Gejalanya antara lain nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks, sakit perut, keputihan tidak normal, testis bengkak atau lunak, dan pendarahan di sekitar anus.