Ahad 19 Nov 2023 21:10 WIB

Kementerian ESDM Pastikan Pengelolaan Air Tanah untuk Keberlanjutan

Pemerintah minta masyarakat mengutamakan penggunaan air permukaan.

Warga memompa air tanah di kawasan Petamburan, Jakarta, Rabu (6/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga memompa air tanah di kawasan Petamburan, Jakarta, Rabu (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa pengelolaan air tanah perlu dilakukan guna memastikan dapat digunakan seluruh masyarakat secara berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

"Masyarakat tetap secara berkelanjutan dapat mengambil air tanah. Justru kami mencoba untuk mengamankan ketersediaan air tanah tanpa ada gangguan yang cukup berarti oleh orang-orang yang mengambil secara berlebihan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid.

Baca Juga

Wafid menyampaikan, aturan tentang penggunaan air tanah tidak hanya untuk memastikan ketersediaannya secara jangka panjang, tetapi juga untuk menekan laju penurunan muka tanah (landsubsidence) dan intrusi air laut. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong masyarakat untuk mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder dengan menggunakan air permukaan.

Adapun ketentuan terkait penggunaan air tanah diatur pemerintah dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 291.K/GL.01/MEM.G/2023 tentang Standar Penyelenggaraan Persetujuan Penggunaan Air Tanah.

Menurut dia, pengendalian air tanah harus dilakukan sehingga proses pemulihan muka air tanah dan pelandaian laju penurunan muka tanah dapat terjadi.

Wafid mengatakan, masyarakat atau rumah tangga yang memanfaatkan air tanah secara normal untuk kebutuhan sehari hari, dengan asumsi rata-rata sebanyak 30 m³ per bulan, tidak memerlukan izin.

Namun, masyarakat yang memanfaatkan air tanah lebih dari 100 m³ per bulan maka wajib memiliki izin dari pemerintah.

Konsumsi air 100 m³ setara dengan 100 ribu liter atau 200 kali pengisian tandon air rumah tangga berkapasitas 500 liter, atau juga setara dengan pengisian 5.000 galon volume 20 liter.

"Konsumsi air 100 m³ setara dengan 100 ribu liter adalah jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan konsumsi air rumah tangga pada umumnya berkisar 30 m³ per bulan per rumah tangga," ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir karena sebagian besar rumah tangga di Indonesia tidak memerlukan izin penggunaan air tanah.

"Regulasi ini menyasar masyarakat yang biasanya mempunyai kemampuan lebih, peralatan lebih, atau fasilitas lebih, seperti kolam renang di rumah. Jangan sampai masyarakat aksesnya terganggu akibat pengambilan yang berlebih," kata dia.

 

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement