Senin 20 Nov 2023 11:26 WIB

Ratusan Sekolah Rusak dan Ribuan Siswa tidak Dapat Akses Pendidikan di Gaza

UNESCO menyerukan perlindungan terhadap lembaga-lembaga pendidikan di Gaza

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Badut di Gaza tetap mencoba menghibur anak-anak di pengungsian (ilustrasi). UNESCO menyoroti serangan Israel terhadap sekolah-sekolah di Gaza.
Foto: Tangkapan Layar/VOA
Badut di Gaza tetap mencoba menghibur anak-anak di pengungsian (ilustrasi). UNESCO menyoroti serangan Israel terhadap sekolah-sekolah di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyoroti serangan Israel terhadap sekolah-sekolah di Gaza. Menurut laporan PBB, ratusan sekolah telah hancur dengan ribuan siswa tidak dapat mendapatkan pendidikan.

Dalam laporan 15 November, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, 279 fasilitas pendidikan dilaporkan telah rusak, lebih dari 51 persen dari total kerusakan. Laporan itu pun menyatakan, tidak satu pun dari 625 ribu siswa di Gaza dapat mengakses pendidikan.

Baca Juga

UNESCO menyerukan perlindungan terhadap lembaga-lembaga pendidikan. "Gambaran mengerikan muncul setelah pemboman terhadap sekolah-sekolah di mana banyak warga sipil mengungsi. Menargetkan sekolah jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional," ujar pernyataan yang disampaikan melalui akun media sosial X pada Senin (20/11/2023).

Desakan itu muncul seusai serangan udara Israel membunuh sedikitnya 50 warga Palestina di Sekolah Al-Fakhoura pada Sabtu (18/2023) pagi. Sekolah tersebut dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara. Serangan terhadap sekolah pun terjadi di Tall az-Zaatar.

Beberapa ratus orang diyakini berlindung di kedua sekolah yang diserang pada Sabtu, menghindari serangan Israel yang tiada henti. Serangan terhadap Al Fakhoura diyakini terjadi pada dini hari, sedangkan serangan terhadap Tal al-Zaatar terjadi pada sore hari.

Menurut laporan //AlJazirah//, serangan Israel terhadap sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum tampaknya sedang menjadi tren saat ini. Hampir 200 orang tewas dalam serangan ini dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah karena masih banyak orang yang tertimbun reruntuhan.

“Banyak orang yang tinggal di wilayah utara tetap tinggal di sekolah UNRWA karena mereka berpikir akan mendapat sedikit keamanan di sana, namun tidak ada tempat yang aman di Gaza, bahkan sekolah kami pun tidak,” kata juru bicara UNRWA Tamara Alrifai.

Banyak warga Palestina terpaksa mengungsi ke sekolah-sekolah yang dikelola PBB di sekitar Rumah Sakit Indonesia untuk mendapatkan perlindungan. Para saksi menggambarkan kehancuran besar-besaran di sekolah Al Fakhoura. Foto-foto dari rumah sakit setempat menunjukkan lebih dari 20 jenazah terbungkus kain berlumuran darah.

“Pemandangannya sangat mengerikan. Mayat perempuan dan anak-anak tergeletak di tanah. Yang lain berteriak minta tolong,” kata Ahmed Radwan yang merupakan korban selamat yang terluka.

Pemimpin Hamas mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin dan pejabat di tingkat regional dan internasional. Pembicaraan ini sehubungan dengan pembantaian brutal Israel terhadap warga Palestina yang mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola PBB.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan, tempat perlindungan adalah tempat yang aman. "Sekolah adalah tempat untuk belajar. Berita tragis mengenai anak-anak, perempuan dan laki-laki yang terbunuh saat berlindung di sekolah [Al Fakhoura] di Gaza utara. Warga sipil tidak dapat dan tidak seharusnya menanggung hal ini lebih lama lagi," ujarnya.

Sekolah Al Fakhoura sebelumnya telah beberapa kali diserang tentara Israel sebelum perang. Fasilitas pendidikan ini menjadi sasaran serangan udara pada  2009, 2014 dan awal bulan ini.

Analis politik Marwan Bishara mengatakan, fasilitas itu tersebut seperti “sekolah al-Shifa” di Gaza karena telah berulang kali diserang oleh pasukan Israel seperti Rumah Sakit al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, yang telah dihancurkan. Fasilitas kesehatan itu menjadi target utama sejak dimulainya perang dan dikepung serta digerebek secara langsung selama berhari-hari.

“Tidak ada yang membeda-bedakan fakta bahwa sebuah sekolah yang menampung ribuan orang telah dibom dari udara, itu dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan, kerugian manusia, penderitaan dan kematian,” kata Bishara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement