Senin 20 Nov 2023 18:39 WIB

Menteri PPN Dorong Munculnya Produk yang Miliki Kompleksitas Tinggi

Industri yang berjalan di Tanah Air masih bersifat tunggal.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mendorong munculnya produk-produk di dalam negeri yang memiliki kompleksitas tinggi yang mencakup berbagai lini industri.

"Kita ini belum punya produk yang terbentuk dari kompleksitas industri yang tinggi, yang kemudian kaki-kakinya ada di Indonesia, enggak ada," katanya dalam acara peluncuran buku "Menuju Indonesia Emas: Refleksi dan Visi Pembangunan 2005-2045" di Jakarta, Senin (20/11/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia tidak mengalami perubahan secara struktural karena belum ada produk-produk unggulan yang benar-benar bersinar (rising star).

Monoarfa mengatakan, belum ada produk yang memiliki daya kompleksitas tinggi yang dihasilkan dari berbagai lini industri pendukung.

Industri yang berjalan di Tanah Air, kata dia, masih bersifat tunggal (single industry) sehingga tidak mengembangkan keterkaitan yang kuat dengan industri lainnya.

"Sehingga kita punya daya untuk mengangkatnya itu enggak ada. Itu yang saya geregetan dari dulu sampai saat ini," katanya.

Ia mencontohkan seperti di Korea Selatan yang memiliki perkembangan industri yang melambung tinggi karena memiliki produk seperti mobil, gawai, yang dapat melahirkan kompleksitas yang tinggi.

Indonesia, kata dia, sebenarnya memiliki PT Dirgantara Indonesia dan PT PAL, dengan berbagai kompleksitas di sana yang jika terstruktur dan didorong dengan baik maka akan memberikan daya ungkit yang besar terhadap pertumbuhan industri.

Monoarfa menambahkan, selain itu, keberadaan enterpreneur seperti di pasar saham juga lebih banyak sebagai pedagang (trader) dan jarang sebagai pencipta produk (maker).

"Kita hanya bisa bikin platform untuk market place tetapi kita tidak bikin produknya. Desain ini yang harus kita punya dan itu harus yang lead itu adalah produk. Harus ada produk yang take a lead lalu kemudian kita desain, baru benar itu," katanya.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement