Senin 20 Nov 2023 20:02 WIB

Film Lafran Tayang Sepekan Sebelum Pilpres 2024, Kado Ulang Tahun HMI Ke-77

Film berjudul Lafran didedikasikan untuk Prof Lafran.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Eksekutif produser film Lafran, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, dalam perilisan trailer dan poster film Lafran di Gedung KAHMI Center, Jakarta, Senin (20/11/2023).
Foto: Dok. Republika/Rahma Sulistya
Eksekutif produser film Lafran, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, dalam perilisan trailer dan poster film Lafran di Gedung KAHMI Center, Jakarta, Senin (20/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Saya lillahi taala untuk Indonesia". Kalimat ini menjadi daya magis tersendiri bagi sosok pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Prof Lafran Pane.

Sebuah film berjudul Lafran didedikasikan untuk Prof Lafran yang juga menjadi kado ulang tahun HMI ke-77 tahun, atau tepat sepekan sebelum Pilpres 2024. Film Lafran akan menyoroti dua nilai yang tertanam dalam ruh HMI, yakni nilai kebangsaan dan keislaman. Organisasi ini juga membuka jalan bagi terwujudnya Islam yang rahmatan lil alamin, ramah, toleran, serta menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian.

Baca Juga

“Diskusinya panjang, untuk sampai ke Dimas Anggara aja itu juga lama diskusinya. Insya Allah ada hikmahnya, ditayangkan 5 Februari 2024, menjadi kado ulang tahun HMI ke-77,” ujar produser eksekutif Ahmad Doli Kurnia Tandjung dalam peluncuran trailer dan poster film Lafran, di Gedung KAHMI Center, Jakarta, Senin (20/11/2023).

Diproduksi sebelum masa pandemi 2020, naskah film Lafran sudah digodok selama lima tahun lewat berbagai riset. Doli mengatakan, film yang digagas oleh Akbar Tandjung ini menjadi momentum bersejarah karena juga menjadi upaya untuk menjadikan Prof Lafran sebagai pahlawan nasional.

Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) berinisiatif untuk memberi penghormatan kepada senior, termasuk Akbar Tandjung yang memiliki gagasan untuk membuat film ini. Sosok kepahlawanan nasional ini harus disampaikan ke publik, salah satunya lewat film.

“Film ini ingin menyampaikan bahwa ada nama, seorang Lafran Pane, yang mungkin tidak seterkenal nama-nama pahlawan lain. Kita mau menyampaikan perspektif kepahlawanan seorang Lafran Pane,” ujar Doli.

Total syuting dilakukan selama 35 hari, dua pekan di Sipirok, Sumatra Utara, tempat Lafran berasal, dan satu bulan di sebuah kota perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun untuk riset akademik, sudah dilakukan selama lima tahun.

Produser Deden Ridwan mengatakan, pihaknya melakukan bedah buku, literasi, sampai mendengarkan masukan para senior terkait sosok Prof Lafran Pane. “Untuk keperluan cerita, kita langsung napak tilas, kita ke Yogya, semua jejak beliau, rumahnya, keluarganya, semuanya diikutin,” ungkap Deden dalam kesempatan yang sama.

Tetapi sebelum diputuskan menjadi sebuah film, biografi Prof Lafran Pane telah dibuatkan novel terlebih dulu yang ditulis oleh Ahmad Fuadi, dan best seller. Ahmad Fuadi yang merupakan penulis novel berjudul Merdeka Sejak Hati itu, juga bekerja sama dengan penulis skenario untuk membangun naskah film Lafran

“Untuk keperluan visual, tentu dalam skenario bukan semata-mata based on true story, tapi ada dramatisasinya. Film itu merupakan tafsir perjalanan hidup Lafran Pane,” ujar Deden.

Jika melihat trailer yang dapat disaksikan lewat akun Instagram @officialpbhmi, gambar yang disuguhkan sangat sinematik dan estetik, kental pula dengan nuansa era 1960-1970. Film Lafran dapat disaksikan di seluruh bioskop Indonesia pada 5 Februari 2024.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement