Selasa 21 Nov 2023 17:25 WIB

Presiden ICRC Bertemu Pemimpin Hamas Bahas Krisis Kemanusiaan di Gaza

Keduanya membahas masalah kemanusiaan terkait serangan Israel di Gaza.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Palang Merah Internasional (ICRC) telah melakukan perjalanan ke Qatar untuk bertemu dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh bahas krisis kemanusiaan
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Presiden Palang Merah Internasional (ICRC) telah melakukan perjalanan ke Qatar untuk bertemu dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh bahas krisis kemanusiaan

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Presiden Palang Merah Internasional (ICRC) telah melakukan perjalanan ke Qatar untuk bertemu dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas masalah kemanusiaan terkait serangan Israel di Gaza.

“Presiden Mirjana Spoljaric bertemu dengan (Ismail) Haniyeh, ketua biro politik Hamas, dan secara terpisah dengan otoritas negara Qatar,” kata Komite Palang Merah Internasional dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Alarabiya, Selasa (21/11/2023).

Baca Juga

ICRC menekankan, kunjungan Spoljaric adalah bagian dari upaya untuk mengadakan diskusi langsung dengan semua pihak guna meningkatkan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional. Spoljaric telah beberapa kali bertemu dengan keluarga sandera yang ditahan di Gaza, serta para pemimpin senior Israel dan Palestina. ICRC menyerukan perlindungan mendesak bagi semua korban konflik, dan pengentasan situasi kemanusiaan yang membawa bencana di Jalur Gaza.

“Staf ICRC di Gaza telah memberikan bantuan untuk menyelamatkan nyawa, dan tim bedah ICRC terus melakukan operasi, kami menyerukan akses kemanusiaan yang berkelanjutan dan aman sehingga dapat meningkatkan pekerjaannya," ujar pernyataan ICRC.

Organisasi tersebut menekankan bahwa mereka terus-menerus menyerukan pembebasan sandera. “ICRC mendesak agar tim kami diizinkan mengunjungi para sandera untuk memeriksa kesejahteraan mereka dan memberikan obat-obatan, serta agar para sandera dapat berkomunikasi dengan keluarga mereka,” ujarnya.

“Harus dicapai kesepakatan yang memungkinkan ICRC melaksanakan pekerjaan ini dengan aman. ICRC tidak bisa memaksa masuk ke tempat para sandera disandera, dan kami juga tidak mengetahui lokasi mereka,” ujar ICRC menambahkan.

ICRC telah membantu memfasilitasi pembebasan empat sandera pada dua kesempatan terpisah. ICRC menekankan bahwa mereka tidak mengambil bagian dalam negosiasi yang mengarah pada pembebasan sandera. Namun ICRC bertindak sebagai perantara kemanusiaan yang netral.

"Kami tetap siap memfasilitasi pembebasan apa pun di masa depan yang disetujui oleh pihak-pihak yang berkonflik," ujar pernyataan ICRC.

Pernyataan ICRC muncul ketika para perunding berupaya mencapai kesepakatan untuk pembebasan sekitar 240 sandera yang ditangkap oleh Hamas dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober.  Pihak berwenang di Gaza pada Senin mengatakan, lebih dari 13.300 orang terbunuh karena serangan Israel. Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza mengatakan jumlah korban yang syahid mencakup 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan, termasuk 201 staf medis, 22 anggota tim penyelamat pertahanan sipil dan 60 jurnalis.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja, juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel. Sementara itu, Israel tidak pernah memperbarui jumlah korban yang tewas maupun luka-luka dalam perang. Sejak awal perang, Israel mengklaim 1.200 orang tewas dalam serangan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement