REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, saat ini tengah berlangsung negosiasi gencatan senjata dengan Israel guna menghentikan pertempuran di Jalur Gaza. Dia menyebut, kesepakatan gencatan senjata hampir tercapai.
“Gerakan ini (Hamas) telah menyampaikan tanggapannya kepada saudara-saudara di Qatar serta para mediator, dan kami sedang mendekati kesepakatan gencatan senjata,” kata Haniyeh lewat saluran Telegram-nya, Selasa (21/11/2023), dikutip Anadolu Agency.
Hamas diketahui memiliki kantor perwakilan di Qatar. Haniyeh tak memberi penjelasan lebih lanjut tentang proses negosiasi yang sedang berlangsung. Dia pun tidak mengungkap siapa saja yang berperan sebagai mediator dalam negosiasi tersebut. Namun Qatar biasanya berperan sebagai juru penengah.
Sebelumnya Hamas membantah kabar tentang adanya kesepakatan pertukaran tahanan atau sandera dengan Israel. “Tidak benar laporan beberapa media, mengutip beberapa sumber di Hamas, mengenai kesepakatan pertukaran (tahanan) yang dimulai hari ini,” kata anggota Biro Politik Hamas, Izzat Al-Rishq, Senin (20/11/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
Bantahan tentang kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas juga disampaikan seorang pejabat senior Israel. “Belum ada apa-apa,” ungkap pejabat Israel tersebut kepada The Jerusalem Post saat ditanya tentang pembebasan warga Israel yang disandera Hamas dengan imbalan gencatan di Gaza.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Hamas telah menyarankan kepada Israel untuk menerapkan gencatan senjata, memberi akses bagi masuknya bantuan pangan dan bahan bakar ke Gaza, dan membebaskan sejumlah warga Palestina dari penjara-penjara Israel. Sebagai imbalannya, Hamas bakal membebaskan beberapa sandera.
Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023, Hamas menculik sejumlah warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza. Menurut Israel, terdapat 239 warganya yang kini ditahan oleh Hamas di Gaza, termasuk tentara.
Sejauh ini setidaknya 13 ribu warga di Gaza telah terbunuh akibat agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023. Korban meninggal termasuk lebih dari 5.500 anak-anak, 3.250 perempuan, dan 690 lansia. Sementara korban luka sudah melampaui 30 ribu orang.