REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syuro Ikatan Dai Seluruh Indonesia (Ikadi) KH Ahmad Satori Ismail mengingatkan umat Islam untuk berkehidupan sosial yang baik. Salah satunya dengan saling peduli dan rukun dengan tetangga.
Tetangga adalah orang-orang yang tinggal dekat dengan kita. Mereka orang-orang pertama yang bisa membantu kita manakala kita sedang kesulitan.
Namun dalam Islam, hubungan antar tetangga bukan sekadar masalah sosial dan kemanusiaan. Lebih dari itu, hubungan antar tetangga menentukan layak tidaknya seseorang Muslim menyandang predikat beriman.
"Jadi semua ajaran Islam itu bagaimana menjadi satu rahmat bagi seluruh alam. Maka di antara ajaran Islam itu adalah ‘man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir fayukrim jaarahu’/barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tetangganya," kata Kiai Satori kepada Republika, belum lama ini.
Sehingga salah satu kesempurnaan iman adalah hendaknya seorang Muslim memuliakan tetangganya. Bahkan dalam hadits lain banyak yang menyinggung tentang anjuran memuliakan tetangga. Salah satunya berbunyi, "Seseorang yang tidak peduli dengan tetangganya dan di malam hari dia dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan dan yang kenyang itu membiarkan pada yang lapar, maka itu dianggap tidak beriman."
"Maksudnya dianggap (orang yang tidak peduli dengan tetangganya) dia tidak beriman secara sempurna," katanya.
Kemudian juga Kiai Satori menjelaskan bahwa seorang Muslim ketika ia menyakiti tetangganya, maka ia telah menyakiti dirinya. Kiai Satori pun menekankan bahwa di dalam khazanah Islam, masih banyak hadits-hadits Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk memuliakan tetangga.
"Ini membuktikan bahwa ajaran Islam itu sangat menekankan untuk memuliakan tetangga," katanya.