REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI---Harga cabai rawit di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan hingga mencapai Rp110 ribu per kilogram akibat kemarau panjang atau El Nino yang melanda Bumi Anoa.
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Basah Mandonga Denasa di Kendari, Jumat (24/11/2023), mengatakan rata-rata pedagang di Pasar Kota Kendari menjual cabai rawit dengan harga kisaran Rp100 ribu - Rp110 ribu per kilogram. "Harga itu sudah berlangsung kurang lebih sudah satu bulan, mau dua bulan harganya begini mulai bulan 10 (Oktober 2023)," kata Denasa.
Ia menyebutkan bahwa kenaikan harga tersebut diakibatkan oleh kemarau panjang, sehingga banyak petani cabai rawit di wilayah Provinsi Sultra yang mengalami gagal panen. "Dulu sebelum kemarau panjang ini harga cabai rawit dijual dengan harga Rp25 ribu per kilogram," sebutnya.
Ia menyampaikan untuk harga beli dari tangan pertama petani cabai, pihaknya bisa mendapatkan cabai rawit dengan harga Rp80 ribu per kilogram.
Selain cabai rawit, lanjut Denasa, kenaikan harga tersebut juga terjadi pada cabai merah dan cabai keriting. Dimana harga untuk cabai merah mengalami kenaikan hingga 100 persen, dengan harga 60 ribu per kilogram. "Sebelumnya itu untuk cabai merah kita jualkan dengan harga Rp30 ribu saja. Untuk cabai keriting juga naik, dari Rp 25 ribu menjadi Rp60 ribu," sebut Denasa.
Sementara itu, para pedagang lainnya bernama Fifi menambahkan bahwa kenaikan harga tersebut memang biasa terjadi menjelang natal dan tahun baru (Nataru). Namun, kenaikan yang terjadi saat ini bertambah karena kemarau panjang. "Setiap tahun pasti harga naik karena banyak yang membeli, tapi ini sudah sekitar dua bulan sebelumnya sudah naik karena kemarau panjang yang terjadi," tambah Fifi.