Senin 27 Nov 2023 15:21 WIB

Kekerasan Seksual pada Perempuan dan Anak Masih Memprihatinkan

Aisyiyah gencarkan edukasi dan sosialisasi cegah kekerasan seksual kepada masyarakat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Kekerasan Seksual.
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kekerasan Seksual.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak masih terus terjadi di DIY. Meski, disampaikan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY hingga November ini dikatakan angkanya masih landai.

Meski begitu, kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih terjadi di Kota Pendidikan ini menjadi perhatian besar dan memprihatinkan bagi banyak pihak, termasuk 'Aisyiyah yang turut berupaya menekan kekerasan terhadap perempuan dan anak. "Pada anak, kekerasan seksual itu banyak terjadi saat masa pacaran. Ini kita upayakan untuk terus tekan," kata Ketua Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah (PWA) DIY Widiastuti kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Baca Juga

Upaya yang dilakukan 'Aisyiyah salah satunya dengan menggencarkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Terutama kepada orang tua, mengingat kekerasan seksual yang terjadi pada anak juga dilakukan oleh orang terdekat.

"Kadang kekerasan itu dilakukan orang terdekat, komitmen 'Aisyiyah disamping edukasi ke orang tua, kita juga ke sekolah-sekolah seperti SMP dan SMA, kita sudah mulai edukasi," ujar Widiastuti.

Diberitakan sebelumnya bahwa DP3AP2 DIY menyebut bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih cukup tinggi di DIY. Meski, pada 2023 ini kasus yang tercatat belum di atas kasus yang terjadi di 2022.

Meski begitu, kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak harus terus ditekan. Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan, di 2022 tercatat cukup tinggi yakni mencapai 1.282 kasus. "Saat ini masih landai-landai saja, di 2022 ada 1.282 kasus. Di 2023 sampai November ini saya belum lihat datanya, tapi masih dalam batas artinya tidak lebih dari tahun 2022," kata Erlina.

Erlina menuturkan bahwa pihaknya serius menekan dan menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di DIY. Termasuk kekerasan di lingkungan sekolah, dimana sekolah-sekolah di DIY dijadikan sekolah ramah anak.

"Isu kekerasan di sekolah benar-benar kami sikapi sangat serius. Selain kami mendampingi sekolah-sekolah supaya menjadi sekolah ramah anak, kemudian kami juga bersama PGRI juga (berupaya) supaya guru-guru paham untuk anti kekerasan," ujar Erlina.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement