Selasa 28 Nov 2023 14:32 WIB

Australia Enggan Dituding Provokasi Perlombaan Senjata di Indo-Pasifik

Australia terlibat kerja sama pembangunan kapal selam bertenaga nuklir AUKUS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, berbicara ketika Presiden Joe Biden mendengarkan selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, di Naval Base Point Loma, Senin, 13 Maret 2023, di San Diego, saat mereka mengungkap, AUKUS, pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Foto: Foto AP/Evan Vucci
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, berbicara ketika Presiden Joe Biden mendengarkan selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, di Naval Base Point Loma, Senin, 13 Maret 2023, di San Diego, saat mereka mengungkap, AUKUS, pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Menteri Pertahanan Australia Pat Conroy menolak klaim yang menganggap negaranya memprovokasi perlombaan senjata di kawasan Indo-Pasifik. Hal itu terkait keputusan Canberra menjalin kerja sama pembangunan kapal selam bertenaga nuklir di bawah aliansi AUKUS.

Menurut Conroy, saat ini kawasan Indo-Pasifik sudah berada di tengah perlombaan senjata besar-besaran. “Perlombaan senjata adalah yang terbesar yang pernah terjadi sejak tahun 1945, dan itulah sebabnya saya menolak pernyataan bahwa Australia, entah bagaimana, memicu perlombaan senjata tersebut. Kami meresponsnya,” katanya kepada National Press Club, Selasa (28/11/2023).

Baca Juga

Dia pun merespons kritik dalam negeri yang menyoroti tingginya anggaran kerja sama pembangunan kapal selam bertenaga nuklir AUKUS. Nilai proyek tersebut mencapai 245 miliar dolar AS. Kendati biayanya besar, tapi Conroy menegaskan bahwa AUKUS sangat penting bagi Australia.

“Konflik tidak dapat dihindari,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa Australia tidak boleh melakukan investasi yang kurang dalam bidang pertahanan. 

“Kita harus mampu mencegah konflik sebelum konflik terjadi, dan tentu saja sebelum konflik mencapai wilayah kita,” tambah Conroy.

Dia menjelaskan, nantinya armada kapal selam bertenaga nuklir Australia akan digunakan untuk pengumpulan intelijen di masa damai. Sementara pada masa perang, kapal tersebut bisa dikerahkan untuk menyerang musuh.

“Anda tidak hanya membela Australia dengan menempatkan aksi penjagaan di sekitar Karratha atau di luar Darwin; Anda memerlukan kemampuan untuk menahan musuh dan mengancam aset calon lawan sejauh mungkin dari Australia,” ucap Conroy.

Australia memiliki zona ekonomi eksklusif terbesar ketiga di dunia. Conroy menyebut, armada kapal selam diesel-listrik kelas Collins harus menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai area patroli.

Perjalanan itu menyedot lebih banyak bahan bakar saat transit dibandingkan saat patroli. Conroy mengatakan, jika kapal selam diesel-listrik menghabiskan separuh waktunya di laut untuk pergi dari area patroli, kapal selam bertenaga nuklir akan menghabiskan 15-20 persen waktunya untuk transit.

Pada September 2021, AS, Inggris, dan Australia mengumumkan pembentukan AUKUS. Pakta keamanan itu dipandang sebagai upaya ketiga negara untuk menandingi Cina di kawasan Pasifik. Pada 13 Maret 2023 lalu, para pemimpin negara anggota AUKUS, yakni Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan di San Diego, California.

Pada kesempatan itu, Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan membeli kapal selam nuklir buatan AS. “(Ini) merupakan investasi tunggal terbesar dalam kapabilitas pertahanan Australia dalam sejarah kami,” ujar Albanese.

Selain perihal pembelian, Albanese mengungkapkan bahwa Australia, Inggris, dan AS juga sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Sementara itu, Joe Biden menekankan bahwa kapal selam bertenaga nuklir tidak memiliki senjata nuklir.

“Kapal-kapal ini tidak memiliki senjata nuklir apa pun,” ucapnya dalam konferensi pers bersama Albanese dan Rishi Sunak di Naval Base Point Loma di San Diego.

Soal pembangunan kapal selam bertenaga nuklir, hal itu turut termaktub dalam pernyataan bersama para pemimpin AUKUS. “Bersama-sama kami akan memberikan SSN (Nuclear-Powered Submarines)-AUKUS – kapal selam yang dikembangkan secara trilateral berdasarkan desain generasi mendatang Inggris yang menggabungkan teknologi dari ketiga negara, termasuk teknologi kapal selam AS yang canggih. Australia dan Inggris akan mengoperasikan SSN-AUKUS sebagai kapal selam masa depan mereka. Australia dan Inggris akan mulai membangun SSN-AUKUS di galangan kapal domestik mereka dalam dekade ini,” demikian bunyi salah satu kalimat dalam pernyataan bersama para pemimpin AUKUS.

Mereka mengatakan, saat kemitraan AUKUS diumumkan pada September 2021, ketiga negara berkomitmen menetapkan standar non-proliferasi nuklir tertinggi. “Rencana yang kami umumkan hari ini mewujudkan komitmen ini dan mencerminkan kepemimpinan jangka panjang kami dalam, dan menghormati, rezim non-proliferasi nuklir global. Kami terus berkonsultasi dengan Badan Energi Atom Internasional untuk mengembangkan pendekatan non-proliferasi yang menetapkan preseden terkuat untuk akuisisi kemampuan kapal selam bertenaga nuklir,” ucap mereka.

Kemunculan AUKUS sempat dikritik beberapa negara Asia Tenggara karena dikhawatirkan bakal memicu ketegangan baru. Sementara Cina dan Rusia telah berulang kali melayangkan kritik tajam terhadap AUKUS serta proyek pembangunan kapal selamnya. Beijing dan Moskow menilai, AUKUS merusak arsitektur keamanan Asia-Pasifik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement