REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut perkembangan teknologi digital yang pesat dapat mempermudah akses informasi dan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari transaksi belanja online melalui e-commerce semakin tinggi, bahkan mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
“Ekonomi digital tadi telah disampaikan oleh Pak Budi Arie (Menkominfo) memang akan eksponensial dari sisi nilai yang akan dibentuk dan opportunity-nya. Kita lihat kenaikannya itu akan sangat tajam,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat acara Indonesia Digital Summit 2023, Selasa (28/11/2023).
Tercatat, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 82 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.262,8 triliun dalam (kurs Rp 15.400 per dolar AS) pada 2023. Selain itu, Indonesia masih merajai ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2023. Sejak 2021 ekonomi digital Indonesia terus tumbuh cukup signifikan. Pada 2022 mencapai 76 miliar dolar AS atau naik 20 persen dari 2021 dengan nilai 63 miliar dolar AS.
Kemudian, diproyeksikannya ekonomi digital Indonesia menjadi 82 miliar dolar AS pada 2023 atau tumbuh 8 persen dari 2022. Selanjutnya pada 2025 diprediksi meningkat menjadi 109 miliar dolar AS dan pada 2030 sebesar 360 miliar dolar AS.
Jika dilihat dari sektor e-commerce diperkirakan sebesar 62 miliar dolar AS pada 2023. Capaian tersebut berkontribusi sebesar 75,6 persen terhadap ekonomi digital Indonesia yang sebesar 82 miliar dolar AS tahun ini atau naik 7 persen dibandingkan pada 2022 senilai 58 miliar dolar AS serta diproyeksikan pada 2025 sebesar 82 miliar dolar AS.
Selain e-commerce, sektor lainnya yang menyumbang ekonomi digital Indonesia yakni transportasi maupun pesan-antar makanan online. Sektor taksi dan ojek online diproyeksikan memiliki nilai sebesar 7 miliar dolar AS pada 2023.
Meski demikian, ke depannya, teknologi digital juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru sekaligus juga menghilangkan pekerjaan lama. Maka itu, setiap tenaga kerja sangat perlu untuk mempelajari keterampilan baru agar dapat mengimbangi digitalisasi.
“Training, re-training itu menjadi sesuatu yang emas. Kartu Prakerja adalah salah satu bentuk terobosan kita untuk menjembatani. Pasti belum sempurna, tapi itu adalah sesuatu yang kita ikhtiarkan bahwa akan ada disrupsi di pasar tenaga kerja,” ucapnya.