Rabu 29 Nov 2023 10:49 WIB

Pejabat CIA Unggah Foto Pro-Palestina di Media Sosial

Foto-foto itu telah dihapus pada Senin (27/11/2023)

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Logo Badan Intelijen Pusat AS terlihat di lobi markas CIA di Langley, Virginia, 3 Maret 2005.
Foto: Reuters
Logo Badan Intelijen Pusat AS terlihat di lobi markas CIA di Langley, Virginia, 3 Maret 2005.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat senior di CIA mengunggah foto pro-Palestina di halaman Facebook-nya di tengah pengeboman Israel di Jalur Gaza. Namun, pejabat itu kemudian menghapus unggahan tersebut dan konten pro-Palestina lainnya setelah dilaporkan oleh media.

Financial Times pada Selasa (28/11/2023) melaporkan, wakil direktur asosiasi CIA untuk analisis, mengubah foto sampul Facebook-nya pada 21 Oktober menjadi gambar seorang pria yang mengibarkan bendera Palestina. Pejabat tersebut juga mengunggah foto selfie (swafoto) dengan stiker bertuliskan “Free Palestine”. Menurut laporan Financial Times, foto itu diunggah ke Facebook bertahun-tahun sebelum perang berlangsung.

Baca Juga

Foto-foto itu dihapus pada Senin (27/11/2023) setelah Financial Times menghubungi pejabat tersebut. Para pejabat CIA yang berada di direktorat operasi umumnya bekerja secara menyamar dan identitas mereka dikaburkan.

Pejabat lain yang memberikan analisis untuk CIA dapat memiliki profil yang lebih publik. Namun, sangat jarang bagi pejabat yang bekerja di badan intelijen pemerintah, khususnya pejabat senior menyampaikan pandangan politik mereka mengenai peristiwa terkini.

Wakil direktur asosiasi untuk analisis di CIA bertugas untuk meninjau dan mempelajari data intelijen mentah yang dikumpulkan petugas lapangan dari sumber asing di luar negeri.  Informasi intelijen tersebut dimasukkan ke dalam dokumen yang sangat rahasia yang dikenal sebagai President’s Daily Brief, yang diterima pemimpin AS hampir setiap hari.

Pengungkapan bahwa seorang pejabat senior intelijen AS mengunggah gambar-gambar yang secara luas dipandang mendukung perjuangan Palestina terjadi pada saat yang sensitif bagi pemerintahan Biden, yang menghadapi penolakan dari para pejabat atas dukungannya yang tanpa syarat kepada Israel.

Pada Oktober Middle East Eye melaporkan, pejabat Departemen Luar Negeri telah menulis surat perbedaan pendapat yang menyerukan AS untuk mendorong Israel melakukan gencatan senjata. Sikap pemerintahan Biden juga memecah belah pejabat senior di Dewan Keamanan Nasional dengan staf muda, terutama mereka yang berasal dari berbagai latar belakang, yang telah menyatakan keprihatinan atas dukungan mereka terhadap Israel.

Laporan Financial Times ini penting karena merupakan laporan pertama yang menunjukkan bahwa seorang pejabat senior AS di komunitas intelijen telah menyatakan sentimen pro-Palestina sejak pecahnya perang pada tanggal 7 Oktober. CIA bersikap apolitis dan memberikan informasi intelijen yang tidak memihak kepada presiden AS, apa pun pandangan politik para perwira dan stafnya.  Sangat jarang bagi seorang perwira intelijen senior untuk membuat pernyataan politik pribadi.

Pengungkapan ini terjadi ketika Direktur CIA, Bill Burns, mengambil peran utama dalam mengelola respons pemerintah terhadap konflik tersebut. Burns telah bertemu dengan para pemimpin dari Mesir, Yordania, Israel, dan negara-negara Teluk untuk membahas rencana pembebasan sandera.  Pada Selasa, Burns berada di Doha untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Israel dan pejabat Qatar yang bertindak sebagai mediator dengan Hamas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement