Kamis 30 Nov 2023 06:30 WIB

Pengakuan Sandera Hamas: Bertemu Yahya Sinwar dan Diperlakukan Dengan Baik

Pemimpin Hamas di Gaza Yahya Sinwar mengunjungi para sandera.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, mengunjungi para sandera di terowongan bawah tanah di mana Hamas menyekap mereka.
Foto: AP/Adel Hana
Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, mengunjungi para sandera di terowongan bawah tanah di mana Hamas menyekap mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang perempuan Israel berusia 85 tahun yang disandera Hamas pada tanggal 7 Oktober dan dibebaskan dua pekan kemudian mengatakan ia bertemu dengan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, ketika berada dalam tawanan. Dalam pertemuan itu Yocheved Lifshitz bertanya kepadanya apakah ia tidak merasa malu karena telah melakukan kekerasan terhadap para aktivis perdamaian seperti dirinya.

Lifshitz dibawa dari rumahnya di Kibbutz Nir Oz, Israel, ke Gaza. Kepada surat kabar Israel, Davar, ia mengatakan ia bertemu dengan Sinwar ketika pemimpin Hamas mengunjungi para sandera di terowongan bawah tanah di mana Hamas menyekap mereka.

"Sinwar bersama kami tiga sampai empat hari setelah kami tiba," kata Lifshitz seperti dikutip surat kabar Davar yang berbahasa Ibrani, Rabu (29/11/2023).

"Saya bertanya kepadanya apakah dia tidak malu melakukan hal seperti itu kepada orang-orang yang selama ini mendukung perdamaian, ia tidak menjawab. Dia diam saja," katanya.

Kata cucunya, Lifshitz adalah seorang aktivis perdamaian yang, bersama dengan suaminya, membantu warga Palestina yang sakit di Gaza untuk pergi ke rumah sakit selama bertahun-tahun. Suaminya yang berusia 83 tahun, Oded, juga diculik dari rumah mereka dan masih ditahan.

Setelah dibebaskan dari tawanan Hamas bulan lalu, Lifshitz mengatakan ia "mengalami neraka" selama dua minggu menjadi sandera di Jalur Gaza.

Lifshitz salah satu dari empat wanita yang dibebaskan Hamas pada awal perang. Ia mengatakan ia dipukuli saat diculik, namun kemudian diperlakukan dengan baik selama dua minggu dalam tahanan.

Saat dibebaskan, ia berbalik untuk menjabat tangan seorang penculik bertopeng. Ketika ditanya mengapa, dia menjawab: "Mereka memperlakukan kami dengan lembut dan memenuhi semua kebutuhan kami."

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement