Kamis 30 Nov 2023 18:22 WIB

Kasih Paham Bos, Begini Tren Kerja 2023

Tren kerja tahun 2023 di Indonesia telah berubah.

Sistem kerja hibrid sedang mengubah lanskap profesional sehingga terjadi pergeseran model kerja saat ini.
Foto: Dok Jagoan Hosting
Sistem kerja hibrid sedang mengubah lanskap profesional sehingga terjadi pergeseran model kerja saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tren kerja tahun 2023 di Indonesia telah berubah. Menurut hasil survei Logitech yang  melibatkan 500 karyawan profesional terungkap bahwa 62% karyawan Indonesia lebih memilih bekerja secara hibrid. Hanya 16% karyawan yang lebih memilih bekerja dari kantor, sementara 21% lainnya lebih memilih bekerja sepenuhnya secara jarak jauh.

"Sistem kerja hibrid sedang mengubah lanskap profesional, yang juga didukung dengan temuan survei kami bahwa adanya pergeseran model kerja saat ini, dari sistem kerja yang berawal sepenuhnya di kantor hingga hadirnya sistem kerja hibrid. Situasi ini membuat karyawan merasakan berbagai manfaat dan juga tantangan, yang mana turut menjadikan kehadiran teknologi sebagai faktor krusial untuk memfasilitasi kolaborasi kerja yang lancar serta membentuk budaya kerja hibrid yang sukses. Oleh karena itu, para pelaku bisnis perlu beradaptasi dengan perubahan dan menyesuaikan strategi bisnis mereka untuk berhasil dalam era kerja baru ini,” ungkap Michael Long, Southeast Asia 2 B2B Lead Logitech, dalam siaran pers, Kamis (30/11/2023).

Baca Juga

Laporan ini juga menghadirkan tren-tren penting untuk membantu bisnis di Indonesia memahami kebutuhan dan tantangan kerja hibrid yang terus berkembang, serta memberikan tips untuk memastikan kolaborasi hibrid yang sukses.

1. Hemat biaya menjadi alasan utama karyawan lebih menyukai bekerja secara hibrid.

Menurut survei, 77% dari responden lebih memilih bekerja secara hibrid karena dapat menghemat biaya pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi ke kantor. Sementara itu, 70% responden berpendapat dapat menghindari perjalanan di jam sibuk yang membuat stres, dan 66% lainnya merasa memiliki jadwal kerja yang lebih fleksibel sehingga dapat membantu mereka menyelesaikan lebih banyak pekerjaan secara efisien.

 

2. Rapat hibrid semakin sering, muncul berbagai tantangan baru bagi karyawan.

Bekerja secara hibrid telah membuat  tim kerja yang terdistribusi dari lokasi yang berbeda pada waktu tertentu, sehingga frekuensi rapat hibrid menjadi lebih sering. Bahkan, 36% dari responden mengatakan setengah dari rapat yang mereka lakukan bersifat hibrid. Namun, karyawan hibrid ternyata merasa kesulitan untuk berkolaborasi dan tetap bekerja produktif karena kurangnya peralatan dan dukungan yang memadai.

Beberapa masalah utama yang dihadapi antara lain koneksi internet yang tidak stabil (81%), kualitas audio yang kurang baik (55%), dan kualitas video yang tidak memadai (41%). Tantangan-tantangan inilah yang dapat mengganggu alur kerja, mengurangi keterlibatan karyawan, dan mengurangi produktivitas kerja secara keseluruhan.

 

3. Karyawan hibrid memerlukan alat yang tepat untuk bekerja secara produktif, lancar, dan efisien.

Untuk mengatasi keluhan yang dihadapi karyawan hibrid, penting untuk melengkapi mereka dengan alat dan teknologi yang tepat. Para karyawan yang sering mengikuti rapat hibrid lebih memilih agar perusahaan memberikan mereka tunjangan untuk akses internet dan menyediakan teknologi kerja seperti headset dan webcam eksternal untuk meningkatkan partisipasi dalam rapat hibrid.

Sementara itu, karyawan yang bekerja dari kantor juga ingin terhubung dengan rekan kerja yang bekerja dari jarak jauh secara lancar, yang menunjukkan kebutuhan mereka akan ruang rapat modern. Survei menyoroti permintaan karyawan untuk melengkapi ruangan rapat di kantor dengan alat konferensi video, papan tulis digital, dan sistem pemesanan ruang rapat.

sumber : siaran pers
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement