REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menopause merupakan masa transisi yang kerap ditakuti para wanita. Jika tidak dipersiapkan dengan hidup sehat, menopause akan membuat seorang wanita rentan terkena beberapa penyakit termasuk jantung koroner dan demensia.
Spesialis obstetri dan ginekologi Klinik Health 360, dr Ni Komang Yeni Dhana Sari, mengatakan wanita saat berusia 40 tahun biasanya sudah mengalami sinyal memasuki menopause. Misalnya, menstruasi sudah mulai jarang yaitu bisa tiga bulan sekali, lalu keluar darahnya pun juga lebih pendek, dalam dua hari sudah selesai.
Pada usia 50 tahun baru mulai memasuki tahap menopause dengan ditandai sudah tidak menstruasi biasanya selama setahun, setelah itu tidak pernah menstruasi lagi sama sekali. Kemudian juga mulai mengalami perubahan pada atrofi kulit, membuat kulit tampak mengeriput, serta perubahan urogenital, seperti susah menahan buang air kecil.
“Memasuki usia 60 tahun dan sudah menopause, perempuan rentan terkena osteoporosis dan penyakit jantung koroner. Sebelum memasuki masa menopause, jarang sekali perempuan yang terkena jantung koroner karena mereka memiliki hormon estrogen,” ucap dr Yeni dalam Tea Talks by Eugenia Communications bertajuk "Menopause Bukan Akhir Hidup Perempuan" di Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Alasan utamanya, salah satu tugas hormon estrogen adalah membantu menjaga pembuluh darah tetap fleksibel sehingga berkontraksi dan melebar untuk mengakomodasi aliran darah. Begitu estrogen berkurang saat menopause, fungsi ini pun akan menurun.
Selain penyakit jantung koroner, memasuki usia 70 tahun dalam masa menopause, wanita juga lebih rentan terkena demensia dan alzeimer. Oleh karena itu, sangat penting bagi perempuan untuk memahami cara melindungi diri dari meningkatnya risiko kesehatan lain setelah memasuki masa menopause.
Meski begitu, dr Yeni menegaskan wanita tidak perlu takut saat memasuki masa menopause asal sudah menjalani persiapan dengan berkualitas. Untuk wanita karier yang sembari mengurus rumah, harus menyiasati agar jangan sampai mengerahkan tubuh sampai kelelahan.
“Kesehatan yang harus diperhatikan untuk menghadapi menopause dimulai dari kesehatan biologis, fisik, mental, nutrisi, dan workload. Harus manage kerjanya. Mungkin dulu bisa sehabis pulang kerja lanjut nongkrong, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi, harus dibatasi,” kata dia.
Ketika memasuki masa menopause, wanita harus menerimanya dengan lapang dada sambil melihat gejala apa saja yang dirasakan. Dari usia 35 tahun, jaga nutrisi, terapkan pola makan sehat, olahraga, tidur cukup, minum air putih, serta jangan lagi merokok maupun minum minuman beralkohol.
Kenyataan ini membuktikan bahwa ada baiknya wanita serta orang-orang di sekitarnya tidak meremehkan menopause. Pasalnya jika tidak dihadapi dengan tepat maka bisa membahayakan wanita. Jika mengalami gejala dan efek yang berat sebelum, saat, dan setelah menopause, tentu ada terapi yang bisa dilakukan.
Misalnya terapi hormon, di mana terapi estrogen bisa jadi pilihan pengobatan paling efektif untuk meredakan hot flashes menopause serta memperbaiki beberapa fungsi tubuh. Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topikal yakni melalui kulit, selaput lendir, atau vagina.
Berikutnya, ada terapi vaginal estrogen untuk mengatasi vagina kering, terapi antidepresan dosis rendah, Gabapentin, Clonidine, Fezolitenant, dan pengobatan yang berkaitan langsung dengan gejala yang muncul. Terapi hormon untuk keluhan menopause merupakan cara utama. Namun perlu dilakukan skrining terlebih dahulu, terutama untuk mengetahui apakah ada potensi kanker atau tidak di dalam tubuh.
“Sebelum memutuskan terapi apapun, perempuan harus tahu bahwa risiko perubahan tubuh dan risiko timbulnya penyakit akibat menopause harus tetap dicegah terlebih dahulu, dengan kebiasaan hidup sehat seperti berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok,” ucap dr Yeni.