REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyambut baik perpanjangan jeda kemanusiaan baru-baru ini antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Hanya saja, perpanjangan yang sudah dua kali berulang ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi laju pengiriman bantuan ke Gaza.
"Kami menyambut baik kenyataan bahwa jeda atau penghentian atau penghentian penggunaan senjata ini telah diperpanjang selama 24 jam,” ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Kamis (30/11/2023).
Dujarric menggambarkan tentang kondisi yang sangat menantang dan kompleks untuk merencanakan pengiriman barang kemanusiaan berdasarkan segmen 24 jam. Dia menyatakan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa tingkat bantuan masih sama sekali tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan besar lebih dari 2 juta orang.
“Meskipun ada jeda, hampir tidak ada perbaikan dalam akses warga di wilayah utara terhadap air karena sebagian besar fasilitas produksi air utama ditutup karena kekurangan bahan bakar dan beberapa juga karena kerusakan,” kata Dujarric dikutip dari Anadolu Agency.
PBB dan personelnya di Jalur Gaza tidak akan meninggalkan upaya memberikan bantuan kemanusiaan dalam keadaan apa pun. “Tentu saja, apa yang ingin kami lihat adalah kelanjutan dari situasi yang kita alami saat ini di mana tidak ada pertempuran sehingga kita dapat menjangkau lebih banyak orang dengan volume yang lebih besar,” ujar Dujarric.
Nasib mengenai serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat juga mendapat perhatian. “Fasilitas kesehatan tidak boleh digunakan dalam pertempuran,” katanya.
Guterres sebelumnya mengatakan bahwa serangan Hamas tidak bisa dilihat dalam ruang hampa, tetapi terjadi setelah pendudukan selama beberapa dekade. Dia menyatakan Israel jelas-jelas melakukan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan di Jalur Gaza dan bersikeras bahwa gencatan senjata kemanusiaan adalah hal yang penting.